Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai, 7 Kebiasaan Buruk yang Merusak Fungsi Otak

Kompas.com - Diperbarui 16/09/2021, 15:23 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Kebiasaan yang merusak otak bisa datang dari kebiasaan kita sehari-hari. Kebiasaan yang dilakukan mungkin cuma sepele, namun jika dilakukan terus-menerus dalam waktu lama tentunya bisa berdampak pada kesehatan kognitif kita.

Untuk itu, mengubah kebiasaan yang merusak otak akan memberikan perubahan terhadap fungsi otak kita, sekecil apapun perubahan itu.

Menurut para ahli, gaya hidup modern dapat memengaruhi jalur saraf dan membuat kita lebih lambat dan kurang mampu untuk berpikir orisinal.

Hiperkonektivitas semakin berdampak pada otak. Pada akhirnya, kita menjadi kurang produktif dan kurang efektif.

Untuk menjadi individu yang produktif, kita perlu melakukan lebih banyak kebiasaan yang dapat meningkatkan kesehatan otak kita, dan lebih sedikit melakukan kebiasaan yang menyebabkan penurunan kognitif.

Sederet kebiasaan yang merusak otak

Melansir Insider, setidaknya ada tujuh kebiasaan yang merusak otak dan perlu dihindari untuk mencegah penurunan fungsi otak jangka panjang:

1. Tidak aktif secara fisik dapat merusak otak

Pola hidup kurang gerak adalah salah satu kebiasaan yang merusak otak, terutama jika dilakukan dalam jangka waktu lama.
PEXELS/JESHOOTS.COM Pola hidup kurang gerak adalah salah satu kebiasaan yang merusak otak, terutama jika dilakukan dalam jangka waktu lama.

Ketidakaktifan dapat menyebabkan masalah kesehatan kronis seperti penyakit jantung, obesitas, depresi, demensia, dan kanker.

Banyak orang terlalu sibuk untuk hanya melakukan aktivitas gerakan dasar, yang dapat memperlambat penurunan kognitif.

Sebuah penelitian di Journal of Comparative Neurology menunjukkan hubungan antara pola hidup tidak aktif (sedentary) dan penurunan mental. Pola hidup tidak aktif tersebut ditemukan dapat mengubah bentuk neuron tertentu di otak.

Aktivitas fisik secara teratur dapat menguntungkan kita secara kognitif dan secara medis. Sebab, hal itu dapat meningkatkan zat kimia otak yang membantu meningkatkan memori dan kemampuan belajar dengan lebih baik.

Baca juga: Bikin Gemuk dan Rentan Penyakit, Ini 8 Tanda Kamu Kurang Gerak

2. Sering multitasking mengurangi fungsi otak

Banyak orang melakukan multitasking agar bisa menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam satu waktu. Namun, sering multitasking ternyata termasuk kebiasaan yang merusak otak.SHUTTERSTOCK Banyak orang melakukan multitasking agar bisa menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam satu waktu. Namun, sering multitasking ternyata termasuk kebiasaan yang merusak otak.

Banyak orang melakukan beberapa pekerjaan sekaligus (multitasking) agar bisa menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam satu waktu. Namun ternyata, sering multitasking termasuk kebiasaan yang merusak otak.

Ini salah satunya disebabkan karena penggunaan ponsel yang tinggi saat ini.

Banyak dari kita yang menggunakannya sepanjang waktu, baik untuk mendukung pekerjaan maupun pendidikan, atau pun sebagai sarana hiburan.

Seorang ahli saraf dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Earl Miller mengatakan bahwa otak kita tidak bisa terhubung dengan baik dengan banyak tugas.

Ketika orang-orang mengira mereka mampu melakukan banyak tugas dengan multitasking, mereka sebenarnya hanya beralih dari satu tugas ke tugas lain dengan sangat cepat.

Selain itu, setiap kali mereka melakukannya, ada konsekuensi kognitif yang menyertai.

"Multitasking juga meningkatkan hormon stres kortisol serta hormon fight or flight (melawan-atau-lari) adrenalin, yang dapat merangsang otak secara berlebihan dan dapat menyebabkan kabut mental atau pemikiran yang kacau," katanya.

Baca juga: Multitasking Ternyata Malah Bikin Kinerja Turun

3. Luapan informasi menyebabkan stimulasi otak berlebih

Aliran konten yang deras secara konstan jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan stres dan pengambilan keputusan yang berlebihan, sehingga menjadi salah satu kebiasaan yang merusak otak.PEXELS/KAROLINA GRABOWSKA Aliran konten yang deras secara konstan jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan stres dan pengambilan keputusan yang berlebihan, sehingga menjadi salah satu kebiasaan yang merusak otak.

Banyaknya jumlah email, notifikasi media sosial, dan notifikasi lain yang kita terima ternyata bisa sangat membebani.

Aliran konten yang deras secara konstan jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan stres dan pengambilan keputusan yang berlebihan.

"Informasi yang berlebihan adalah salah satu gangguan terbesar dalam kehidupan modern," tulis Schumpeter dari The Economist.

Beberapa orang membanggakan bagaimana mereka bisa melakukan banyak pekerjaan dalam satu hari.

Namun, mantan profesor tamu psikologi di Gresham College, London, Glenn Wilson menyebutkan dalam penelitiannya bahwa berada dalam situasi multitasking dapat mengurangi IQ efektif seseorang hingga 10 poin.

Untuk memaksimalkan otak setiap hari, lakukan pengaturan yang lebih baik untuk menyaring informasi yang diterima sepanjang hari.

Bersikaplah proaktif tentang cara kita mengonsumsi media dan persiapkan otak untuk mengabaikan informasi yang tidak perlu.

Ketika kita mengelola hari dengan prinsip-prinsip ini, kemungkinan besar kita dapat meningkatkan efisiensi otak secara signifikan.

Baca juga: Kenali, Tanda-tanda Sudah Kecanduan Ponsel

4. Duduk terlalu lama pengaruhi fungsi otak

Duduk terlalu lama ternyata juga bisa menjadi kebiasaan yang merusak otak.PEXELS/COTTONBRO Duduk terlalu lama ternyata juga bisa menjadi kebiasaan yang merusak otak.

Sebuah penelitian baru yang dilakukan The University of California, Los Angeles (UCLA) melaporkan bahwa orang yang lebih banyak duduk lebih berisiko mengalami penipisan di daerah otak yang terkait dengan memori.

Peneliti menekankan bahwa duduk tidak hanya membawa risiko kesehatan fisik, tetapi juga risiko neurologis.

Dalam makalahnya, mereka menulis bahwa aktivitas fisik tinggi sekalipun dianggap tidak cukup untuk mengimbangi efek berbahaya dari banyak duduk dalam waktu lama.

Oleh karena itu, usahakan mengurangi jumlah duduk sebisa mungkin.

Untuk menghindari ini sebagai salah satu kebiasaan yang merusak otak, kita bisa menyelingi waktu bekerja atau belajar dengan berdiri dan berjalan ringan, misalnya setiap 10 menit sekali.

Baca juga: 8 Efek Buruk Terlalu Banyak Duduk bagi Kesehatan

5. Terlalu banyak menatap layar

Kurangnya interaksi sosial membatasi peluang otak untuk membuat koneksi yang lebih baik. Ini kemudian menjadi salah satu kebiasaan yang merusak otak.
FREEPIK/RAWPIXEL.COM Kurangnya interaksi sosial membatasi peluang otak untuk membuat koneksi yang lebih baik. Ini kemudian menjadi salah satu kebiasaan yang merusak otak.

Saat ini, interaksi tatap muka semakin berkurang karena penggunaan teknologi digital, dan semakin banyak waktu kita dihabiskan untuk menatap layar.

Bukan hanya ponsel, namun televisi, tablet, komputer, atau video game, juga dianggap sama.

"Jika sebagian besar waktu bangun kita dihabiskan untuk melihat layar, maka kita itu sudah termasuk terlalu berlebihan," ungkap Psikoterapis berlisensi dan pakar di bidang kesehatan mental dan pengasuhan anak di era digital, Tom Kersting.

Percakapan tatap muka sangat bermanfaat bagi otak.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Michigan menemukan, bahkan percakapan 10 menit per hari saja dengan orang lain dapat meningkatkan memori dan kognisi seseorang.

"Dalam penelitian kami, bersosialisasi sama efektifnya dengan jenis latihan mental yang lebih tradisional dalam meningkatkan daya ingat dan kinerja intelektual," kata Oscar Ybarra, psikolog di UM Institute for Social Research (ISR) dan penulis utama penelitian.

Kurangnya interaksi sosial membatasi peluang otak untuk membuat koneksi yang lebih baik.

Kondisi ini juga dapat menyebabkan kesepian dan depresi, kondisi mental yang berkontribusi signifikan terhadap penurunan kesehatan otak.

Menurut para ahli, waktu menatap layar yang berlebihan memiliki efek negatif pada kemampuan intelektual serta kesejahteraan emosional.

Sebab tak hanya berpengaruh buruk terhadap kesehatan fisik, seperti mata, telinga, leher, bahu, punggung, pergelangan tangan, dan lengan, terlalu banyak menatap layar juga mengganggu kualitas tidur malam.

Bukan berarti kamu harus menghindari layar sepenuhnya, sebab di era modern hal itu tentu tidak realistis.

Namun, cobalah untuk menetapkan batas waktu penggunaannya agar ini tak menjadi kebiasaan yang merusak otak kita.

Baca juga: Sadari, Sederet Dampak Buruk Menatap Layar Terlalu Lama

6. Terlalu lama menggunakan headphone

Kebiasaan mendengarkan musik keras-keras dalam waktu lama menggunakan headphone ternyata merupakan salah satu kebiasaan yang merusak otak.UNSPLASH/BRUCE MARS Kebiasaan mendengarkan musik keras-keras dalam waktu lama menggunakan headphone ternyata merupakan salah satu kebiasaan yang merusak otak.

Orang-orang, pada dasarnya, suka menaikkan volume headphone ketika mendengarkan musik.

Sayangnya, kebiasaan itu dapat dengan mudah merusak pendengaran kita terutama jika dilakukan terus-menerus.

Tidak hanya berdampak buruk terhadap telinga, mendengarkan musik terlalu keras dengan headphone ternyata juga bisa menjadi kebiasaan yang merusak otak, terutama pada orang lanjut usia. Beberapa masalah kesehatan otak yang mungkin terjadi eperti Alzheimer dan hilangnya jaringan otak.

Ketika otak harus bekerja sangat keras memahami apa yang dikatakan di sekitar, otak tidak dapat menyimpannya di dalam ingatan.

Jadi, lindungi pendengaranmu dengan menyesuaikan volume headphone, sehingga memungkinkan otak bekerja lebih baik.

Salah satu tesnya adalah, cobalah lepas headphone tersebut dan pegang dalam jarak satu lengan.

Jika kamu bisa mendengarkan musiknya dengan jelas, maka itu sudah terbilang terlalu keras sehingga volume perlu dikurangi.

Usahakan pula untuk mengistirahatkan telinga secara teratur sepanjang hari.

Baca juga: 6 Cara Merawat Telinga untuk Pendengaran yang Sehat

7. Pola tidur buruk

Pola tidur yang buruk tenyata merupakan salah satu kebiasaan yang merusak otak.FREEPIK/RAWPIXEL.COM Pola tidur yang buruk tenyata merupakan salah satu kebiasaan yang merusak otak.

Kurang tidur dapat memiliki konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang yang serius.

Jika dilakukan terus-menerus, kurang tidur dapat menunda waktu reaksi, mengganggu kadar glukosa, suasana hati, sakit kepala, gangguan memori, dan menimbulkan ketidakseimbangan hormon.

Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa kurang tidur dapat mengecilkan otak seseorang, yang pada akhirnya membuat ini sebagai salah satu kebiasaan yang merusak otak.

Tidur sangat penting untuk otak. Ketika kita tidak mendapatkan tidur yang cukup, otak akan kesulitan dalam memproses informasi, mengkonsolidasikan ingatan, membuat koneksi, dan membersihkan racun.

Kurang tidur memperlambat pemikiran kita, merusak ingatan, konsentrasi, penilaian, mengganggu proses pengambilan keputusan, serta menghambat pembelajaran.

Usahakan memperbaiki pola tidur dengan tidur cukup selama tujuh hingga delapan jam setiap malamnya demi merangsang koneksi baru dan pertumbuhan otak.

Jika memang mengkhawatirkan kesehatan otak dan kualitas pemikiran saat ini atau di masa depan, mulailah merawat otak kita.

Mengubah kebiasaan yang merusak otak menjadi kebiasaan yang lebih baik memang terdengar sepele, namun dalam jangka panjang bisa membantu meningkatkan daya ingat, pembelajaran, ketahanan mental, dan kesehatan otak secara keseluruhan.

Baca juga: Pola Makan ala Barat Berdampak pada Fungsi Otak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com