Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
drg. Citra Kusumasari, SpKG (K), Ph.D
dokter gigi

Menyelesaikan Program Doktoral di bidang Kariologi dan Kedokteran Gigi Operatif (Cariology and Operative Dentistry), Tokyo Medical and Dental University, Jepang.

Sebelumnya, menempuh Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi di Universitas Indonesia, Jakarta dan Pendidikan Dokter Gigi di Universitas Padjadjaran, Bandung.

Berpraktik di berbagai rumah sakit dan klinik di Jakarta. Ilmu karies, estetik kedokteran gigi, dan perawatan syaraf gigi adalah keahliannya.

Pajak Makanan dan Minuman Bergula Sebagai Pencegahan Gigi Berlubang

Kompas.com - 05/11/2020, 15:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Gigi berlubang masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat terbesar pada saat ini dan memengaruhi kira-kira 3,9 milyar orang di seluruh dunia. Salah satu penyebab gigi berlubang adalah banyaknya konsumsi karbohidrat yang dapat difermentasi, yaitu gula dalam bentuk glukosa, fruktosa dan maltosa.

Dalam melakukan pencegahan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan gula (termasuk gigi berlubang), organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan bahwa asupan gula tidak boleh lebih dari 10 persen dari jumlah total asupan energi, namun paling ideal asupan gula tidak boleh lebih dari 5 persen dari total asupan energi1.

Penerapan pajak untuk makanan dan minuman yang mengandung gula di seluruh dunia 

Konsep penerapan pajak untuk makanan dan minuman yang mengandung gula, merupakan salah satu pendekatan masyarakat untuk mengurangi risiko penyakit kronis, termasuk obesitas dan gigi berlubang.

Diharapkan konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula akan berkurang akibat tingginya harga oleh penambahan pajak.

Baca juga: Menurut Riset, Pajak Minuman Manis Baik untuk Kesehatan Orang Indonesia

Pajak semacam itu pertama kali diterapkan di California, Amerika Serikat dan setelah 1 tahun dilaporkan penjualan makanan dan minuman yang mengandung gula menurun.

Negara-negara yang telah menerapkan pajak pada makanan dan minuman yang mengandung gula, antara lain Inggris, Irlandia, Jerman, Perancis, Spanyol, Portugal, dan Australia.

Beberapa tahun belakangan, Filipina, India, Afrika Selatan dan Thailand juga berinisiatif untuk mengimplemetasikan kebijakan pajak untuk makanan dan minuman yang mengandung gula di negaranya.

Analisis hubungan pajak makanan dan minuman yang mengandung gula terhadap kesehatan menghasilkan pengaruh terhadap penurunan berat badan.

Di Afrika Selatan, pajak sebesar 10 persen pada makanan dan minuman yang mengandung gula menghasilkan penurunan jumlah kematian akibat diabetes melitus tipe-2 dan pengurangan jumlah pengeluaran terkait perawatan kesehatan yang menyebabkan bencana.

Meksiko memiliki prevalensi diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular yang sangat tinggi, pada tahun 2014 negara tersebut memberlakukan pajak nasional untuk makanan dan minuman yang mengandung gula.

Baca juga: Kadar Gula Darah Tinggi Memperburuk Infeksi Covid-19

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

 

Dengan menggunakan analisis perhitungan model risiko untuk penyakit kardiovaskular, mengindikasikan adanya penurunan sebesar 10 persen pada konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula (akibat adanya penambahan pajak).

Selama periode 10 tahun penyakit diabetes melitus berkurang hingga 190.000 kasus, berkurangnya 20.000 kasus jantung dan stroke, serta berkurangnya 19.000 kasus kematian.

Penghematan biaya di Meksiko mencapai 1 miliar dolar.

Contoh di Thailand

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com