Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/11/2020, 21:03 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah cenderung rentan terhadap penularan Covid-19. Bahkan, di atas kertas seharusnya mereka memiliki gejala yang lebih buruk.

Tapi anehnya, ada satu kasus di Washington, Amerika Serikat, di mana seorang wanita berusia 71 tahun pengidap leukimia/kanker sel darah putih, terjangkit Covid-19 tanpa menunjukkan gejala apa pun.

Padahal, dia berpotensi menularkan virus SARS-CoV-2 tersebut selama 70 hari ke depan.

Baca juga: Pandemi Covid-19, Pria Ini Jalan Kaki 16 Km Sehari, Apa Jadinya?

Para peneliti menyebutkan, pada orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, penularan virus bakal terjadi lebih lama dari biasanya.

Namun pernyataan itu belum memiliki cukup bukti yang kuat.

Selain itu, temuan itu juga bertentangan dengan pedoman dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Menurut CDC, orang dengan gangguan kekebalan tubuh yang mengidap Covid-19 kemungkinan tidak akan menular setelah terinfeksi selama 20 hari.

Sementara itu, sebuah penemuan baru yang diterbitkan dalam jurnal Cell menunjukkan, penularan Covid-19 jangka panjang mungkin menjadi perhatian pada pasien imunokompromi tertentu.

"Karena virus ini terus menyebar, lebih banyak orang dengan berbagai gangguan imunosupresif akan terinfeksi, dan penting untuk memahami bagaimana SARS-CoV-2 berperilaku dalam populasi ini."

Demikian dikatakan ahli virus di National Institute of Allergy and Infectious Diseases, Vincent Munster.

Kasus yang tidak biasa

Disebutkan, wanita dalam kasus ini sudah terinfeksi pada akhir Februari lalu, ketika wabah Covid-19 pertama kali dilaporkan terjadi di fasilitas rehabilitasi Life Care Center di Kirkland, Washington. 

Awalnya, dia mulai dirawat di rumah sakit pada 25 Februari karena penyakit kanker, dan dokter memeriksanya untuk Covid-19 karena dia datang dari pusat wabah.

Setelah itu, dia dinyatakan positif pada 2 Maret. Selama 15 minggu, wanita yang tidak diketahui namanya itu menjalani tes Covid-19 lebih dari 14 kali.

Baca juga: Mengenal Imunomodulator, Zat untuk Dongkrak Sistem Kekebalan Tubuh

Biasanya, virus corona ini akan terdeteksi di saluran pernapasan bagian atas selama 105 hari dan partikelnya dapat menular setidaknya selama 70 hari.

Secara khusus, para peneliti juga dapat mengisolasi virus dari sampel pasien, lalu menumbuhkannya di laboratorium.

Mereka bahkan mampu menangkap gambar virus menggunakan pemindaian dan transmisi mikroskop elektron.

Seharusnya, orang dengan Covid-19 sudah bisa menularkan selama delapan hari setelah terinfeksi.

Memiliki kekebalan tubuh yang lemah

Wanita itu kemungkinan besar tertular begitu lama, karena tubuhnya tidak dapat meningkatkan respons imun yang tepat.

Sampel darahnya pun tidak mengandung antibodi terhadap virus tersebut.

Maka dia diberikan plasma dari pasien Covid-19 yang pulih, karena mengandung antibodi untuk melawan penyakit tersebut.

Namun, sampai dua kali diberikan plasma penyembuhan. Wanita itu tetap memiliki konsentrasi antibodi yang rendah setelah transfusi.

Kemungkinan, selama infeksi Covid-19 terjadi pada wanita itu, virus sudah mengembangkan beberapa mutasi.

Misteri yang belum terpecahkan

Bagaimana wanita itu bisa terbebas dari virus mematikan ini juga masih menjadi misteri dan harus dilakukan penelitian lebih lanjut.

Penitian tersebut harus melibatkan pasien dengan sistem kekebalan yang lemah.

Selain itu, para peneliti tidak tahu mengapa wanita tersebut tidak pernah mengalami gejala Covid-19, meskipun sistem kekebalannya terganggu.

Apalagi, dia merupakan individu yang berisiko tinggi terkena penyakit parah.

"Pasien terinfeksi selama 105 hari dengan tidak ada gejala dan ini tetap menjadi misteri bagi kami," ujar Munster.

Para penulis juga mencatat, bahwa penelitian mereka hanya melibatkan satu kasus, sehingga temuan mungkin tidak berlaku untuk semua pasien dengan kondisi yang sistem kekebalannya lemah.

Diperkirakan ada tiga juta orang di AS memiliki kondisi imunokompromi, termasuk orang dengan HIV dan mereka yang telah menerima transplantasi sel induk, transplantasi organ, serta kemoterapi.

Memahami mekanisme persistensi virus pada pasien dengan gangguan kekebalan akan sangat penting untuk menyediakan pengobatan yang tepat dan mencegah penularan SARS-CoV-2.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com