Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Beda Minuman Bersoda dan Minuman Berkarbonasi

Kompas.com - 11/11/2020, 07:52 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Minuman yang memiliki kandungan gas karbon dioksida disebut sebagai minuman berkarbonasi.

Kandungan karbon dioksida di dalamnya, membuat minuman ini memiliki ciri khas berupa gelembung-gelembung air yang menempel di dinding wadahnya.

Di pasaran, kita mengenal berbagai olahan minuman berkarbonasi dalam produk air mineral maupun minuman bersoda.

Namun karena popularitas minuman bersoda, tidak banyak yang menyadari perbedaan mendasar minuman bersoda dan minuman berkarbonasi.

Perbedaan antara minuman berkarbonasi dan minuman bersoda terletak pada kandungannya. Selain karbon dioksida, minuman berkarbonasi ternyata memiliki sedikit kandungan garam yang membuat rasanya sedikit mencolok.

Selain itu, minuman berkarbonasi juga memiliki kandungan pH 3-4 yang sedikit asam, meskipun tidak sampai mengganggu keseimbangan pH tubuh.

Sementara itu, minuman bersoda mengandung karbon dioksida dengan campuran gula, asam sitrat, pemanis buatan seperti sirup jagung fruktosa dan kandungan lainnya.

Baca juga: Minuman Bersoda Picu Risiko Kematian Dini, Simak Alasannya

Efek minuman berkarbonasi dan minuman bersoda pada kesehatan

Karena kandungannya, baik minuman berkarbonasi dan minuman bersoda memiliki dampak yang berbeda, termasuk pada kesehatan gigi, tulang, berat badan, pencernaan, gula darah, dan otak.

1. Gigi

Sebuah riset menyebutkan kandungan asam sitrat, karbon dioksida dan gula dalam minuman bersoda dapat menimbulkan kerusakan pada gigi.

Asam dan gula dalam minuman bersoda disebut dapat merusak enamel gigi. Sementara itu, minuman berkarbonasi yang tanpa gula tidak terbukti dapat merusak gigi.

2. Tulang

Minuman berkarbonasi tidak memengaruhi kesehatan tulang. Sementara itu, minuman bersoda dengan kandungan asam sitrat, dan cola yang mengandung banyak fosfor berpotensi menurunkan kadar kalsium.

Akibatnya, mereka yang sering mengonsumsi minuman bersoda berisiko memiliki kepadatan mineral tulang yang lebih rendah.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com