Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Main Kotor-kotoran Ternyata Beri Manfaat Kesehatan pada Anak

Kompas.com - 13/11/2020, 15:55 WIB
Maria Adeline Tiara Putri,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Healthline

KOMPAS.com – Situasi pandemi membuat banyak orang semakin peduli dengan kondisi kesehatannya.

Begitu juga dengan para orangtua yang senantiasa memastikan anaknya mendapat nutrisi cukup guna menjaga imunitas tubuh.

Selain itu, penting juga bagi orangtua untuk mendorong anaknya melakukan aktivitas fisik sebagai langkah menjaga kesehatan.

Tak perlu yang rumit, aktivitas sederhana seperti bermain tanah atau kotor-kotoran ternyata dapat memperkuat daya tahan tubuh anak.

Penelitian terbaru dari Finlandia menemukan, anak-anak mengembangkan mikrobioma yang lebih beragam saat diajak ke taman bermain dan bersentuhan dengan elemen alami seperti tanah. Selain itu, anak juga mengalami lebih sedikit inflamasi.

Penelitian yang diterbitkan di jurnal Science Advances pada Oktober lalu itu dilakukan dengan cara menguji pengaruh elemen alami dengan sistem kekebalan dan mikrobioma pada anak-anak.

Baca juga: 4 Manfaat Bermain di Alam Bebas untuk Tumbuh Kembang Anak

Langkah penelitian

Peneliti menganalisis 75 anak-anak di 10 pusat penitipan anak di dua kota di Finlandia. Terdapat enam fasilitas kendali di penelitian ini.

Setengah dari peserta penelitian dititipkan di tempat yang kegiatannya berorientasi pada alam. Sedangkan setengahnya lagi berada di penitipan yang kegiatannya standar perkotaan.

Empat hari sebelum penelitian berakhir, para peneliti melakukan intervensi terhadap lingkungan aktivitas peserta yang memiliki standar perkotaan.

Lingkungan yang awalnya hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak ada unsur alam, diubah menjadi lebih hijau untuk kepentingan penelitian.

Para peneliti menutupi lapangan bermain kerikil dengan tanah hutan serta menanaminya dengan tumbuhan gambut yang dapat digali dan dipanjat oleh anak-anak.

Dalam penelitian yang berlangsung selama 28 hari, anak-anak menghabiskan waktu rata-rata 90 menit untuk bermain di luar di penitipan.

Setelah selesai bermain, peneliti akan mengusap kulit tangan untuk menguji sampel darah.

Baca juga: Biarkan Anak Bermain Bebas Sendiri

Hasil penelitian

Dari hasil penelitian ditemukan, anak-anak yang dititipkan di tempat standar perkotaan memiliki rasio protein sistem kekebalan anti-inflamasi yang lebih tinggi dibanding protein pro-inflamasi ketika lingkungan bermainnya diintervensi.

Hasil yang sama juga ditemukan pada anak-anak di tempat penitipan yang kegiatannya berorientasi pada alam. Hasil lain dari penelitian itu, bermain di alam dapat meningkatkan keanekaragaman mikroorganisme di kulit.

Penelitian ini memberikan pemahaman ilmiah bahwa lingkungan dapat memengaruhi respons imun tubuh dan mikrobioma di kulit.

Ini merupakan uji pertama terkait hipotesis tentang manfaat interaksi dengan alam. Hipotesis menyebut, bermain di alam dapat memperkaya mikrobioma manusia dan membantu menyeimbangkan sistem kekebalan.

Selain itu, bermain di alam juga bisa memberikan perlindungan lebih besar terhadap alergi dan penyakit inflamasi.

Hipotesis yang berfokus pada penjelasan perubahan mikrobioma diungkapkan oleh beberapa ahli seperti Dr. Martin J. Blaser, seorang profesor di Sekolah Kedokteran Rutgers Robert Wood Johnson.

Kemudian ada Henry Rutgers, kepala departemen mikrobioma manusia sekaligus direktur di Pusat Bioteknologi dan Kedokteran Lanjutan.

”Mikroba menguntungkan pada kulit yang berevolusi dengan kehidupan manusia bisa hilang akibat kehidupan modern dan pengobatan tertentu seperti antibiotik,” kata Blaser seperti dikutip Healthline.

“Padahal bakteri yang hilang ini sangat penting untuk manusia. Hasil makalah ini menemukan solusi yang mudah untuk mengatasinya dan menurut saya sangat menarik," tambahnya.

Kendati demikian, Blaser mempertanyakan apakah mikroba di alam benar-benar dapat bermanfaat bagi manusia. Terlepas dari interaksinya dengan sistem kekebalan.

“Mikroba yang hidup di tanah beradaptasi dengan tanah. Begitu juga mikroba pada anjing peliharaan beradaptasi dengan anjing, bukan manusia."

"Seringkali, ketika mikroba masuk ke manusia tidak bertahan lama,”kata Blaser.

Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait manfaat kesehatan jangka panjang bermain di alam.

Namun penelitian awal ini menunjukkan, mengubah lingkungan bermain anak bisa menjadi cara sederhana untuk meningkatkan sistem kekebalan.

Baca juga: Berikan Keleluasaan Anak Bermain Hingga Usia 7 Tahun

Manfaat bermain di alam

Para peneliti mengatakan, hasil penelitian menunjukkan bermain di alam dapat merangsang jalur yang mengatur sistem kekebalan.

"Masih harus dilihat apakah ini membantu sistem kekebalan seseorang untuk melawan infeksi dan penyakit sepanjang hidup," kata Dr. Purna C. Kashyap dari Mayo Clinic.

“Ini mungkin mengarah pada penyakit yang lebih rendah, tapi itu bukan ekstrapolasi yang mudah,” kata ahli gastroenterologi itu.

Ia menambahkan, tantangan dari studi ini adalah lamanya waktu penelitian. Dibutuhkan waktu 10, 20, bahkan sampai 30 tahun untuk melihat manfaat bermain di alam dengan kesehatan anak jangka panjang.

Tapi tak ada salahnya bagi orangtua untuk mendorong anak menghabiskan waktu di alam. Sebab itu membuat mereka lebih aktif.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bermain di luar ruangan dapat memberikan manfaat bagi kesehatan anak.

Contohnya skor indeks massa tubuh yang lebih rendah dan mengurangi risiko beberapa masalah penglihatan.

Bermain di luar juga menyenangkan bagi anak sehingga menjaga kesehatan mentalnya.

Di tengah pandemi seperti sekarang, pilihlah bermain di taman dekat rumah yang tidak terlalu ramai. Jangan lupa memakai masker dan cuci tangan sesering mungkin.

Hindari berbagi mainan dan barang lainnya dengan anak lain. Ingat untuk selalu menjaga jarak.

Baca juga: 6 Manfaat Bermain bagi Anak, dari Fisik hingga Emosional


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Healthline
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com