Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Mitos tentang Kesepian yang Mungkin Belum Kamu Diketahui

Kompas.com - 16/11/2020, 16:30 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Istilah "kesepian" sepertinya begitu akrab pada sebagian dari kita.

Namun, baik disadari maupun tidak sebetulnya ada banyak mitos tentang kesepian yang beredar di sekitar kita, yang mungkin belum kita ketahui kebenarannya.

Pendiri Social Health Labs, Kasley Killam, MPH, yang memiliki spesialisasi dalam kesehatan sosial, menyebutkan setidaknya ada lima mitos tentang kesepian yang perlu kita ketahui beserta faktanya, seperti ia tulis dalam laman Psychology Today:

1. Kesepian dan isolasi sosial adalah sama
Keduanya sering digunakan secara bergantian, tetapi sebenarnya memiliki arti berbeda.

Isolasi sosial adalah keadaan objective ketika seseorang sedang sendiri.

Sebaliknya, kesepian adalah sebuah pengalaman subjektif dari kondisi tidak terhubung.

Artinya, seseorang bisa saja berada di tengah banyak orang, namun tetap merasa kesepian.

Kesepian bisa muncul karena merasa tidak dilihat, tidak dipahami, atau tidak diakui.

Perasaan itu bisa muncul dari menghabiskan waktu dengan orang-orang yang tidak berbaggi nilai atau minat dengan kita.

Kesepian juga bisa datang dari kondisi terlalu banyak interaksi dangkal dan tidak cukup memiliki kondisi yang lebih dalam.

Itulah mengapa, yang terpenting bukanlah jumlah ikatan sosial yang kita miliki, melainkan seberapa berkualitasnya ikatan sosial tersebut.

Perbedaan antara isolasi sosial dan kesepian penting untuk dipahami, terutama selama pandemi.

Meskipun banyak dari kita yang mungkin terisolasi secara fisik, kita sebetulnya tidak perlu merasa kesepian.

2. Kesepian selalu merupakan hal buruk
Kesepian dapat berdampak negatif terhadap kesehatan seseorang, sedangkan keterhubungan sosial dapat meningkatkan kesejahteraan.

Namun, hal itu tidak selalu benar.

Setiap orang pernah merasakan kesepian dan perasaan itu alami.

Kesepian merupakan cara otak memberi tahu kita bahwa kita tidak mendapatkan sesuatu yang kita butuhkan.

Kita bisa menganggap kesepian sebagai ajakan untuk memeriksa diri kita sendiri, merenungkan kebutuhan kesehatan sosial kita, lalu mengambil tindakan untuk memprioritaskan relasi kita dengan orang lain.

Kesepian juga bisa menjadi sumber kreativitas dan memicu seseorang untuk mengungkapkan pengalamannya.

Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa kesepian menjadi sebuah masalah ketika sudah kronis.

Jika kamu mengalami masalah relasi dalam waktu yang lama, saat itulah kamu mungkin memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi terhadap penyakit seperti peradangan, depresi, hingga penyakit jantung.

Dalam jangka panjang, rasa kesepian yang terus ada bisa membuat tubuh stres dan berdampak buruk terhadap kesehatan.

Baca juga: Kesepian Bisa Membunuhmu, Ini Penjelasannya

3. Kesepian hanyalah masalah orang tua
Anggapan ini ternyata tidak selalu benar.

Kesepian pada kenyataannya lebih sering dialami oleh orang-orang di kalangan muda.

Sebuah penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa Gen Z dan milenial memiliki porsi yang cukup besar terhadap kasus kesepian, daripada orang-orang dari generasi Baby Boomers.

Upaya untuk mengatasi kesepian di kalangan orang tua memang perlu diapresiasi, namun kesejahteraan terhadap remaja dan dewasa muda juga perlu perhatian lebih.

4. Kesepian disebabkan oleh teknologi
Kondisi yang satu ini terbilang lebih rumit.

Yang pasti, kebiasaan tidak sehat dalam menggunakan teknologi, seperti terus-menerus mengakses media sosial, dapat membuat seseorang merasa kesepian dan sengsara.

Bagi mereka, membatasi penggunaan teknologi bisa memberikan manfaat.

Meski begitu, teknologi juga bisa menjadi alat penghubung yang kuat, bahkan bertemu dengan orang-orang baru.

Hal ini terutama dirasakan oleh orang-orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang yang mungkin terisolasi karena kondisi disabilitas atau berada di tempat terpencil.

Bagi mereka, teknologi menjadi alat penting untuk menjaga relasi mereka dengan orang lain dan mendapatkan dukungana sosial.

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa penggunaan ponsel pintar justru dapat mengurangi rasa kesepian jika pengguna ponsel tersebut memanfaatkannya untuk berbagi dengan orang lain.

Namun, penggunaan sebaliknya dapat memicu terjadinya stres.

Intinya, penggunaan teknologi secara tepat dapat membantu atau mencegah kesepian yang dialami seseorang.

Baca juga: Waspadai, 5 Risiko Kesehatan yang Muncul dari Rasa Kesepian

5. Kesepian berarti butuh teman baru
Jika kamu baru saja pindah ke kota baru atau tidak merasa memiliki relasi sosial sebanyak sebelumnya, kamu bisa mendapatkan keuntungan dengan menjalin relasi baru.

Tetapi, cara alternatif untuk meningkatkan kesehatan sosial adalah dengan memperkuat relasi yang sudah ada.

Salah satu caranya adalah lebih membuka diri untuk bisa mengubah obrolan-obrolan ringan menjadi percakapan yang lebih panjang dan mendalam.

Pada intinya, kesepian adalah pengalaman yang muncul dengan cara yang berbeda-beda pada setiap individu.

Dengan memahami beberapa mitos umum, kita bisa fokus meningkatkan kesehatan sosial diri kita sendiri dan orang lain, yang tentunya bisa membuat kita menjadi pribadi yang lebih produktif dalam menjalani hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com