Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 05/01/2023, 05:39 WIB
Wisnubrata

Editor

KOMPAS.com - Kalau sudah cinta, apa pun akan dilakukan orang, tak peduli bila ia mendapat predikat budak cinta alias bucin.

Bucin kemudian diartikan sebagai orang yang rela melakukan apa saja untuk pasangannya tanpa perasaan dan logika. Apakah kamu salah satunya?

Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bucin ini tidak ada artinya sehingga hanya dikategorikan sebagai bahasa prokem atau istilah gaul.

Di mata orang normal, tindakan para bucin seringkali tidak masuk akal karena ia mau melakukan apa pun demi orang yang dicintai, mulai dari mengorbankan harta hingga perasaan dirinya sendiri.

Sebuah penelitian mengungkap bahwa seseorang, baik pria atau wanita, kemungkinan besar menjadi budak cinta saat masa pacaran baru berjalan kurang dari tiga bulan.

Namun, kamu juga bisa menjadi bucin ketika jatuh cinta pada seseorang, meski belum berstatus saling memiliki.

Baca juga: Apa yang Terjadi Ketika Kita Dibutakan oleh Cinta?

Bucin dilihat dari kacamata psikologi

Pepatah yang mengatakan bahwa ‘cinta itu buta’ mungkin menjadi istilah yang paling mendekati istilah budak cinta.

Saat menjadi bucin, kamu tidak lagi dapat melihat seseorang dari kacamata yang logis sehingga menganggapnya sebagai orang yang sempurna dan berhak mendapatkan semua keinginannya.

Menurut teori psikologi Sigmund Freud, bucin artinya seseorang yang sedang memuja orang lain secara sadar maupun tidak. Hal itu ditandai dengan cara mencintai orang lain dengan segenap jiwa dan raganya.

Normalnya, pengorbanan ini digunakan untuk menarik hati orang yang dicintainya untuk kemudian menjadikannya pacar atau pasangan hidup.

Namun, bucin seringkali tidak harus memiliki. Ia akan rela berkorban, sekalipun orang yang dicintainya memilih orang lain.

Kondisi psikologis seperti ini nyaris terjadi pada semua orang, terutama anak muda, ketika ia masih berada di fase awal jatuh cinta.

Saat itu, kita sedang senang-senangnya mengeksplorasi sisi positif dari orang yang kita cintai, bahkan kekurangannya dianggap sebagai hal yang lucu dan menggemaskan.

Dalam fase ini, seseorang akan merasa lebih hidup ketika menyenangkan orang yang dicintai, sekaligus takut kehilangan dirinya jika tidak memenuhi permintaannya.

Baca juga: Jangan Keliru Memaknai Perasaan, Ini Beda Jatuh Cinta dan Tergila-gila

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com