Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Media Sosial Pemicu Depresi? Coba Pahami Dulu Fakta Ini...

Kompas.com - 18/11/2020, 07:18 WIB
Maria Adeline Tiara Putri,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial sering dikaitkan dengan depresi, kesepian, kualitas tidur yang buruk, dan kecemasan.

Beberapa penelitian membuktikan media sosial memiliki korelasi dengan emosi negatif.

Misalnya saja salah satu kajian dari para mahasiswa di University of Pennsylvania.

Baca juga: Bisa Timbulkan Depresi, Ini 5 Tips untuk Rehat dari Media Sosial

Kajian tersebut mengungkapkan fakta, saat kita membatasi penggunaan media sosial setidaknya 30 menit sehari, kita mengalami peningkatan kesejahteraan yang signifikan.

Namun demikian, ada satu hal yang perlu diingat, media sosial bukanlah penyebab satu-satunya seseorang mengalami depresi.

Dalam banyak penelitian dikatakan, aktivitas fisik, kurang tidur, konsentrasi yang terganggu, dan perundungan di media sosial dapat terkait dengan depresi.

“Inilah alasannya studi terkait penggunaan media sosial dengan depresi bersifat korelasional, bukan kausasional."

"Sebab sangat sulit untuk mengungkap penyebab depresi, apakah karena media sosial atau ada hal lain,” ujar Lea Lis MD seperti dikutip Psychology Today.

Psikiater dari Shameless Psychiatrist itu menambahkan, terlepas dari apa pun penyebab depresi, penggunaan media sosial tetap memberikan pengaruh.

Media sosial bisa membuat seseorang merasa depresi dan terisolasi karena media sosial adalah dunia maya.

Di dunia maya, setiap orang tidak mendapatkan hal-hal yang umumnya terjadi lewat interaksi langsung seperti sentuhan dan isyarat sosial.

Baca juga: 5 Dampak Negatif Media Sosial terhadap Remaja, Orangtua Perlu Tahu

Selain itu, interaksi langsung dapat mengeluarkan feromon yang menyebabkan dopamin di otak menyala.

Lis mengatakan, bagi sebagian orang interaksi tatap muka bisa menjadi sangat penting. Bahkan, interaksi langsung terbukti berdampak positif pada umur panjang.

Dalam studi yang dilakukan di zona biru (tempat orang hidup paling lama dan paling bahagia), interaksi langsung dapat memprediksi kebahagiaan lebih dari hampir semua variabel lain, seperti diet dan olahraga.

Saat ini, semua orang memiliki interaksi sosial yang jauh lebih sedikit dibanding sebelum pandemi. Jadi wajar apabila sebagian besar merasa agak terisolasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com