Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Olahraga di Luar Ruangan Picu Sejumlah Penyakit, Kok Bisa?

Kompas.com - 18/11/2020, 09:50 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

Sampel diambil dari 46 sensor kualitas udara di wilayah Jabodetabek pada eksposur selama olahraga pagi, yakni pukul 05.00 - 09.00 WIB.

Dari pengamatan yang sama, Nafas juga melihat waktu terbaik untuk melakukan olahraga berdasarkan data per jamnya untuk setiap wilayah kota.

Rata-rata, kualitas udara terburuk adalah antara pukul 02.00 hingga 09.00, yang mana mulai membaik dan terus membaik sepanjang hari hingga sekitar pukul 17.00.

Temuan lainnya, rata-rata kualitas udara pada Jumat pagi di sebagian besar lokasi di Jabodetabek lebih baik dari hari-hari lainnya.

Sedangkan hari dengan kualitas udara terburuk adalah Minggu, Selasa dan Rabu, namun bergantung pada lokasinya.

Di wilayah Tangerang, Tangerang Selatan, Jakarta Selatan, dan Bogor, Minggu menjadi hari dengan polusi tertinggi.

Baca juga: Olahraga di Daerah Polusi, Bagaimana Dampaknya Bagi Kesehatan?

Asma hingga kanker paru
Sekretaris Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr. Erlang Samoedro, Sp.P menjelaskan, partikel PM2.5 memiliki ukuran yang sangat kecil dan mengibaratkannya lebih kecil dari potongan helai rambut.

Karena ukurannya sangat kecil, penetrasi PM2.5 ke dalam saluran napas bisa terjadi hingga ke alveola atau ujung paru-paru.

Meskipun tubuh memiliki mekanisme untuk mengeluarkan partikel debu tersebut, namun jika terlalu banyak jumlahnya menjadi tidak akan sebanding dengan udara masuk.

Kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan dan peradangan lokal di paru-paru.

Orang-orang yang memiliki penyakit pernapasan pun bisa mengalami kekambuhan.

"Karena sangat kecil, setelah masuk ke paru-paru bisa berdifusi masuk ke pembuluh darah dan dapat beredar ke seluruh tubuh lalu menimbulkan serangan-serangan yang berkaitan dengan pembuluh darah, seperti serangan jantung dan stroke," ungkapnya.

Tak hanya itu, paparan PM2.5 berlebih juga bisa berdampak buruk pada ibu hamil.

Sebab, penetrasi partikelnya ke dalam pembuluh darah juga bisa mengenai janin.

"Lalu jangka panjang bisa menyebabkan kanker paru-paru karena peradangan di paru," tambahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com