Pikiran-pikiran ini yang membuat laki-laki tidak bisa secara obyektif mengenali pola hubungan tidak sehat dan enggan menetapkan batasan.
"Kecenderungan masyarakat yang berharap laki-laki untuk tegar dan kuat itu menyedihkan karena tidak menguntungkan. Laki-laki akan bertahan hubungan tidak sehat ini dalam jangka waktu lama," kata Durvasula.
Selain hubungan romantis, laki-laki juga bisa terjebak dengan seorang narsistik di hubungan profesional. Misalnya akademis dan pekerjaan.
Hal ini ditandai dengan tindakan perpeloncoan yang dialami laki-laki. Sekali lagi, anggapan laki-laki harus kuat membuat mereka menerima begitu saja tindak perpeloncoan.
Selain itu, ada anggapan yang mengatakan jika laki-laki bisa menghadapi perpeloncoan itu, maka dirinya semakin hebat bisa menjadi yang terdepan.
Baca juga: Pasangan Gampang Cemburu, Pertanda Gangguan Narsistik
Padahal, dikatakan oleh Durvasula, tindakan perpeloncoan dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental dan fisik.
Tapi laki-laki jarang mengakuinya karena besar kemungkinan mereka tidak ingin dianggap lemah. Tentunya anggapan ini salah.
Menurut Durvasula, laki-laki harus mampu mengekspresikan perasaannya dan memiliki batin yang sehat untuk melawan narsisme.
Lewat cara itu, laki-laki bisa saja terlepas dari hubungan toksik dan bahkan mendapat pasangan yang jauh lebih baik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.