Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kasus Covid-19 Meningkat Cepat Belakangan Ini?

Kompas.com - 24/11/2020, 13:53 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber WebMD

KOMPAS.com— Data Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional mengungkapkan bahwa di Indonesia sendiri sudah setengah juta orang terkonfirmasi positif Covid-19.

Sebanyak 63.000 pasien diantaranya masih aktif dan sedang berjuang untuk sembuh.

Dari data terlihat bagaimana peningkatan jumlah kasus baru meningkat begitu cepat. Kasus harian Indonesia per tanggal 23 November 2020 saja, mencapai 4.442 kasus yang menyebar ke seluruh Indonesia.

Di Amerika, hanya dalam 6 hari, tepatnya minggu lalu, kasus melonjak dari 10 juta menjadi 11 juta kasus. Di hampir setiap negara bagian Amerika, laju penularan terus meningkat.

CDC memperkirakan bahwa kasus Covid-19 di Amerika akan terus meningkat hingga satu juta kasus baru setiap minggu untuk bulan depan, dan sebanyak 16.000 kematian mingguan.

“Kami melihat penyebaran yang eksponensial,” kata Celine Gounder, MD, spesialis penyakit menular di NYU Grossman School of Medicine.

Baca juga: Sepekan Setelah Kerumunan Rizieq Shihab, Jumlah Kasus Covid-19 di Jakarta Meningkat

Celine mengatakan, ledakan pasien di AS memang belum sampai membuat rumah sakit menjadi penuh. Karena jika seseorang terinfeksi, biasanya mereka baru akan ke rumah sakit setelah beberapa minggu ke depan.

“Sampai mereka cukup sakit untuk pergi ke rumah sakit. Beberapa minggu ke depan akan sangat buruk dalam hal apa yang sudah ditularkan,” ujar Celine.

Perayaan akhir tahun

Covid 19 sendiri membutuhkan waktu untuk berkembang dari terinfeksi hingga menjadi penyakit seriut. Karena itu, tidak ada cara lain untuk menghentikan lonjakan permintaan rawat inap dan kematian.

Kekhawatiran itu ditambah dengan perayaan Thanksgiving, Natal, dan Tahun Baru, yang biasanya akan dilalui bersama keluarga atau berpesta.

Baca juga: 2.843 Pasien Covid-19 Dirawat di RSD Wisma Atlet, Peningkatan Mengkhawatirkan

Pasien positif Covid-19 orang tanpa gejala (OTG) memasuki bus sekolah di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (25/9/2020). Total sebanyak 21 Pasien positif Covid-19 orang tanpa gejala (OTG) yang dipindahkan ke Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet untuk di karantina.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Pasien positif Covid-19 orang tanpa gejala (OTG) memasuki bus sekolah di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (25/9/2020). Total sebanyak 21 Pasien positif Covid-19 orang tanpa gejala (OTG) yang dipindahkan ke Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet untuk di karantina.

Para ahli menilai, lonjakan kasus juga terjadi karena masyarakat mulai jenuh dan kelelahan. Kondisi ini membuat mereka lalai untuk menggunakan masker, terutama dalam pertemuan kelompok kecil karena menganggap aman.

Setelah berbulan-bulan pandemi menjadi berita utama yang suram, banyak dari kita juga mengalami apa yang disebut sebagai "belas kasih memudar."

“Orang-orang menjadi mati rasa terhadap apa yang terjadi setiap hari. Mereka merasa tidak berdaya, seperti tidak ada yang bisa mereka lakukan, jadi mereka mengikuti arus, ”kata Syra Madad, direktur senior sebuah rumah sakit di New York.

Baca juga: 47 Persen Anak Indonesia Bosan di Rumah, Akademisi IPB Beri Saran

Menunggu vaksin

Dengan potensi beberapa vaksin yang efektif di depan mata, orang mungkin mulai memiliki harapan untuk menunggu sebentar lagi.

Tapi sebenarnya, masih berbulan-bulan lagi untuk mengirimkan vaksin dan membuatnya berhasil.

Untuk itu, sebelum vaksin benar-benar tersedia dan terbukti efektif, sebaiknya tunda liburan dan banyak berdiam diri di rumah.

Walau begitu sebenarnya laju penambahan kasus masih bisa dihentikan. Protokol kesehatan yang ketat seperti, mengenakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan tetap tinggal di rumah saat sedang sakit, bisa dilakukan untuk menghentikan laju penularan.

Metode ini dinamakan metode “Sepotong keju Swiss”, dimana masing-masing memiliki lubang, tetapi ketika kamu menumpuknya, mereka akan membentuk balok yang kokoh.

Baca juga: Sebelum Ada Vaksin, Kunci Paling Penting adalah Protokol Kesehatan

"Tidak ada satu lapisan pun yang 100 persen (utuh), tetapi jika kamu menambahkan lapisan tambahan, itu mengurangi risiko," jelas David Dowdy, MD, dari Departemen Epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomber.

Intinya, Madad menekankan, setiap tindakan yang kita lakukan masing-masing (dalam hal ini menaati protokol kesehatan) dan jika itu dilakukan oleh banyak orang, akan segera menghentikan penyebaran virus.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber WebMD
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com