Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kleptomania adalah Penyakit, Beda dengan Niat Pencuri

Kompas.com - Diperbarui 16/08/2022, 07:57 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

2. Gangguan adiktif. Mencuri dapat menyebabkan pelepasan dopamin (neurotransmitter lain). Dopamin menyebabkan perasaan yang menyenangkan, dan beberapa orang mencari perasaan  ini berulang kali.

3. Sistem opioid otak. Dorongan diatur oleh sistem opioid otak. Ketidakseimbangan dalam sistem ini bisa membuat kita lebih sulit menahan dorongan.

Apa saja gejala kleptomania?

Gangguan kleptomania memang identik dengan hasrat yang tidak tertahankan untuk mencuri, tetapi terdapat beberapa gejala lainnya, seperti:

  • Merasa lega dan senang ketika mencuri
  • Merasa cemas, tertekan, dan bergairah menjelang aksi pencurian
  • Tidak mampu menahan keinginan untuk mencuri barang-barang yang tidak dibutuhkan
  • Hasrat ingin mencuri kerap muncul kembali dan menjadi sebuah siklus
  • Merasa bersalah, malu, takut ditangkap, dan membenci diri sendiri seusai mencuri

Baca juga: Anak Alami Gangguan Mental, Ini Yang Bisa Dilakukan Orangtua

Berbeda dengan pencuri biasa, penderita kleptomania tidak didorong oleh motivasi finansial, tetapi didasari oleh keinginan untuk menghilangkan kecemasan akibat dari dorongan mencuri barang yang dirasakan.

Keinginan yang dirasakan tidak dapat dikontrol dan seringkali setelah mencuri, penderita akan merasa takut dan menyesal telah mencuri.

Namun, keinginan tersebut akan muncul kembali dan akhirnya mendorong penderita untuk mencuri kembali.

Bukanlah hal yang tepat untuk menyebut kleptomania sebagai “penyakit suka mencuri” karena meskipun penderita merasa lega dan senang saat mencuri, tetapi setelahnya, penderita seringnya merasa takut dan menyesal.

Terkadang barang yang dicuri oleh penderita kleptomania merupakan barang yang tidak bernilai atau bahkan dapat dibeli oleh penderita.

Benda yang dicuri juga biasanya hanya disimpan atau diberikan kepada orang lain. Bahkan, terkadang barang yang dicuri dikembalikan lagi oleh penderita.

Penderita tidak hanya mencuri di toko-toko ataupun pusat-pusat perbelanjaan. Penderita juga dapat mencuri dari teman atau kerabatnya.

Biasanya penderita secara diam-diam akan mengembalikan barang yang dicuri dari teman atau kerabatnya.

Bagaimana menangani penderita kleptomania?

Jika orang terdekat Anda memiliki “penyakit suka mencuri” atau kleptomania, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu:

  • Mencoba untuk mengerti apa yang dialami oleh penderita dan menyadari bahwa dorongan yang dirasakan penderita bukanlah sesuatu yang dapat dikendalikan.
  • Jangan menuduh ataupun menyalahkan penderita atas kondisi yang dialami olehnya.
  • Cobalah untuk membuat penderita mengerti bahwa Anda peduli dengan kesehatan penderita dan khawatir bahwa penderita akan ditangkap, kehilangan pekerjaan, dan sebagainya.
  • Rujuk penderita ke dokter dan ahli kesehatan mental agar penderita bisa segera mendapatkan penanganan.

Cara mengatasi penyakit kleptomania

Gangguan kleptomania tidak boleh disepelekan, karena kleptomania dapat menimbulkan masalah di pekerjaan, hubungan dengan keluarga, emosional, finansial, dan hukum.

Tidak hanya itu, gangguan kleptomania dapat menimbulkan komplikasi lainnya, seperti:

  • Penyalahgunaan alkohol dan narkotika
  • Depresi
  • Gangguan makan
  • Gangguan dalam mengontrol impuls lainnya, seperti berbelanja secara kompulsif, dan sebagainya
  • Gangguan kecemasan
  • Pemikiran, usaha, dan aksi bunuh diri
  • Gangguan kepribadian
  • Gangguan bipolar

Oleh karenanya, segera konsultasikan ke psikolog atau psikiater bila Anda atau kerabat mengalami gangguan kleptomania agar dapat diberikan penanganan yang tepat, terutama jika gangguan kleptomania yang dialami menganggu kehidupan atau aktivitas sehari-hari.

Baca juga: Tak Bisa Tahan Godaan Belanja? Waspada Gangguan Kejiwaan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com