“Ini akan lebih bermanfaat dari mengimbangi risiko apa pun bagi komunitas dari sejumlah kecil virus yang mungkin masih dibawa beberapa pasien setelah lima hari,” kata Dr. Stefan.
Diragukan
Kendati demikian,beberapa dokter mengatakan, mereka tidak yakin dengan analisis bahwa lima hari isolasi akan mencegah penularan.
“Ada titik manis di sana, saya membayangkan, tapi saya belum tahu di mana itu,” kata Dr. Taison Bell, dokter perawatan kritis dan penyakit menular di Universitas Virginia.
Dr. Cevik dan ahli lainnya menyarankan bahwa orang dapat mengisolasi segera setelah mereka mengalami gejala ringan. Misalnya, sakit tenggorokan atau sakit kepala dan tubuh, tanpa perlu keluar untuk PCR.
Tetapi Dr. Bell mengatakan dia tidak yakin bagaimana ini akan bekerja dalam praktiknya, karena gejala awal ini mirip dengan gejala infeksi virus lainnya, termasuk flu biasa.
Cevik mengatakan tes PCR dapat dilakukan setelah isolasi berakhir untuk memastikan diagnosis.
Sebagai alternatif, mungkin masuk akal untuk melakukan tes antigen cepat -yang dapat mendeteksi sejumlah besar virus- sambil mengisolasi. Ini dilakukan untuk memastikan adanya infeksi virus corona yang aktif.
Pakar lain juga mendukung penggunaan tes cepat di rumah. “Saya pikir itu solusi yang bagus,” kata Dr. Ranney.
“Jika kita memiliki gejala, dan memiliki tes yang dapat diandalkan yang dapat dilakukan di rumah, tinggal di rumah, tes di rumah dan isolasi selama lima hari,” imbuh dia.
Dr. Baral mengungkapkan, analisis baru ini menggarisbawahi seberapa cepat virus corona berkembang di dalam tubuh.
Hal itu lalu dibandingkan dengan kecepatan yang harus direspons oleh pasien dan dokter untuk menjaganya tetap terkendali.
Tingkat puncak virus MERS pada 7-10 hari sejak timbulnya gejala, dan puncak virus SARS pada 10-14 hari.
“Sebaliknya, virus corona baru bergerak cepat. Ini virus yang sangat sulit dikendalikan, dibandingkan dengan SARS,” ujar Dr. Baral.
“Sehingga, isolasi rumah menjadi pilihan aman untuk sebagian besar dari mereka yang baru terinfeksi virus corona,” tambahnya.
Bahkan mereka bisa menjalani perawatan seperti pasien yang menderita influenza.
Beberapa negara telah mengadopsi kebijakan yang memudahkan orang untuk mengisolasi diri.
Seperti di Vietnam yang memberikan dukungan pendapatan bagi orang-orang yang perlu mengambil cuti kerja.
Selain Vietnam, Pemerintah Jepang meminta pasien yang masih muda dan memiliki gejala ringan untuk tinggal di rumah selama empat hari sebelum menjalani tes.
Pedoman Jepang sekarang meminta pasien untuk berkonsultasi melalui telepon dengan dokter mereka, dan melakukan pengujian hanya jika mereka tampaknya mungkin terinfeksi.
Siapa pun yang dites positif dan dirawat di RS atau hotel untuk diisolasi.
Di Amerika Serikat, khususnya di negara bagian New York City dan Vermont telah menyediakan akomodasi serupa bagi pasien yang terinfeksi.
Bahkan jika bagian lain negara tidak menerapkan kebijakan tersebut, mengisolasi diri di rumah lebih mungkin dilakukan selama lima hari, ketimbang 10 hari.
Asal melakukan prosedur ketat, yakni selalu mengenakan masker, menjaga jendela tetap terbuka, membersihkan permukaan yang sering disentuh, dan berada jauh dari anggota keluarga lainnya.
“Jumlah isolasi yang intens selama 5-7 hari pertama akan mencegah satu ton infeksi,” kata Dr. Baral.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.