Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Kebiasaan untuk Mengasah Rasa Empati, Mau Coba?

Kompas.com - 02/12/2020, 17:01 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rasa empati memang sudah ada sejak masa kanak-kanak. Namun, agar tidak memudar seiringnya beranjak dewasa, kita harus terus mengembangkannya.

Empati ini sangat dibutuhkan oleh manusia dalam membangun hubungan yang lebih baik dengan manusia lain.

Di samping itu, rasa empati juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan moral.

Baca juga: Latih Keterampilan Empati Anak dengan Bermain Boneka

Supaya kita dapat lebih meningkatkan rasa empati, ada enam kebiasaan yang bisa kita coba sebagai berikut ini.

1. Baca novel klasik

Ternyata, buku yang bagus tidak hanya memperkuat otak, tetapi dapat menginspirasi kita untuk bertindak lebih baik.

Satu studi oleh psikolog Dan Johnson di Washington and Lee University menemukan korelasi antara membaca fiksi dan terlibat dalam perilaku pro-sosial.

Moderator meminta peserta membaca sebuah cerita pendek dan mengukur sejauh mana mereka merasa tenggelam dalam cerita tersebut.

Setelah membaca selesai, percobaan selanjutnya adalah menjatuhkan enam pena di depan para peserta.

Hasilnya terungkap, semakin banyak subjek diangkut ke dalam cerita yang dibaca, maka makin besar kemungkinan responden membantu mengambil pena.

2. Pergi ke alam

Perasaan takjub saat mencapai puncak gunung dan menyadari betapa kecilnya diri kita akan memperkuat kecenderungan kita terhadap kebaikan.

Dalam sebuah studi dari University of California diIrvine diungkap,  setelah ditempatkan di hutan pohon eukaliptus, orang-orang merasa lebih kecil, kurang penting, dan berperilaku dengan cara yang lebih pro-sosial.

Baca juga: 4 Cara Menumbuhkan Rasa Empati pada Anak

Salah seorang peneliti, Paul Piff, PhD menyimpulkan, apabila perasaan kagum ketika berada di alam atau melihat bumi dari luar angkasa hal itu dapat meningkatkan empati.

3. Baca berita secara berbeda

Demi mengembangkan pandangan dunia yang lebih berempati, temukan artikel yang memberikan wawasan tentang bagaimana perasaan orang-orang yang terkena dampak sebuah peristiwa.

Psikolog di laboratorium Greater Good University of California di Berkeley menyarankan kita membaca cerita yang menampilkan profil orang, bukan profil yang menawarkan fakta dan statistik biasa.

Dengan menampilkan wajah manusia pada sebuah cerita atau peristiwa, kita akan merasa lebih terhubung dengan orang-orang yang terlibat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com