5. Berjerawat
Bila wajahmu tiba-tiba dipenuhi jerawat, ini bisa jadi salah satu gejala stres.
Saat kamu stres, tubuh akan memompa lebih banyak hormon, seperti kortisol, yang menyebabkan kelenjar kulit memproduksi lebih banyak minyak.
Minyak berlebih ini bisa terperangkap di dalam pori-pori, bersama dengan kotoran dan sel kulit mati, hal ini akan menghasilkan jerawat.
Apa yang harus dilakukan:
Gunakan krim topikal yang mengandung benzoyl peroxide atau asam salisilat yang dapat membersihkan jerawat jika dioleskan secara teratur.
Untuk pendekatan yang lebih alami, basuh wajah dengan teh hijau atau oleskan lidah buaya. Sifat antibakterinya dapat meningkatkan penyembuhan.
Baca juga: Menjaga Kebersihan, Kunci Utama Mengatasi Jerawat
6. Sulit berkonsentrasi
“Terlalu banyak hormon stres kortisol dapat membuat lebih sulit untuk fokus atau berkonsentrasi, menyebabkan masalah memori serta kecemasan atau depresi,” kata Dr. Levine.
Apa yang harus dilakukan:
Bersantai sampai kamu bisa kembali fokus. Berlatihlah untuk menutup mata dan menarik serta membuang napas perlahan, dan pusatkan konsentrasi pada napas.
7. Rambut rontok
Kehilangan beberapa helai rambut adalah hal yang normal (folikel rambut lama digantikan oleh yang baru seiring waktu), tetapi stres dapat mengganggu siklus tersebut.
Stres yang signifikan mendorong sejumlah besar folikel rambut ke dalam apa yang disebut fase istirahat, dan kemudian beberapa bulan kemudian rambut tersebut rontok.
Stres juga dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang folikel rambut, yang mengakibatkan rambut rontok.
Apa yang harus dilakukan:
Bersabarlah. Setelah tingkat stres kembali normal, rambut akan mulai tumbuh kembali.
Baca juga: 7 Penyebab Rambut Rontok dan Cara Mengatasinya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.