Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/12/2020, 15:20 WIB
Wisnubrata

Editor

KOMPAS.com - Pada tahun 2018, seniman asal Turki, Vahit Tuna, menciptakan sebuah karya seni instalasi menggunakan 440 pasang sepatu hak tinggi dan dipamerkan di sebuah jalan di Istanbul.

Melalui karya seninya, Vahit Tuna berusaha mengungkapkan bahwa kekerasan rumah tangga dan seksual di Turki pada tahun 2018 telah merenggut 440 nyawa wanita.

Vahit Tuna berharap, instalasi yang dibuatnya dapat menyadarkan setiap warga negara Turki untuk mulai memikirkan dampak akibat melakukan kekerasan terhadap perempuan.

Menurut dia, kasus meninggalnya 440 wanita di Turki bukan hanya soal pembunuhan, melainkan adanya diskriminasi terhadap mayoritas perempuan Turki untuk tetap bungkam dan tanpa daya dalam menyuarakan haknya.

Namun, diskriminasi dan kekerasan seksual terhadap perempuan bukan hanya terjadi di Turki, melainkan juga di tempat lain, termasuk Indonesia.

Berdasarkan data Komisi Nasional Perempuan, kekerasan terhadap perempuan di Indonesia di tahun 2019 mencapai 431.471 kasus, atau naik 8 kali lipat dalam 12 tahun terakhir.

Kekerasan seksual terhadap anak perempuan naik 65 persen pada tahun 2019 dibanding dengan tahun sebelumnya. Dengan kondisi pandemik sejak awal tahun 2020, kasus kekerasan terhadap perempuan justru dikhawatirkan akan semakin meningkat.

Nah, terinspirasi dengan apa yang dilakukan Vahit Tuna, The Body Shop Indonesia bersama para pendukung dan penyintas juga menggelar Shoes Art Installation di Komisi Nasional Perempuan, Jakarta.

Instalasi ini merupakan bagian dari Kampanye Semua Peduli, Semua Terlindungi yang bertujuan mendesak pemerintah agar segera mengesahkan Rancangan Undang Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) agar dijadikan Undang-Undang yang Sah.

Shoes Art Installation yang ditata Dian Ina Mahendra sebagai Art Director itu menggunakan media lebih dari 500 pasang sepatu sebagai simbol dukungan untuk kampanye Stop Sexual Violence.

Instalasi terdapat di dua area utama, yaitu area I di bagian sisi tembok gedung Komnas Perempuan untuk instalasi pakaian dan sepatu korban kekerasan seksual, dan area II berupa sisi lorong gedung Komnas Perempuan dengan instalasi khusus untuk sepatu publik umum dan penyintas.

Area I berupa sisi tembok gedung Komnas Perempuan diisi dengan berbagai cerita penyintas korban kekerasan seksual kategori berat, seperti pemerkosaan dan pencabulan.

Area II berupa sisi lorong gedung Komnas Perempuan sebagai area khusus sepatu publik dan penyintas yang diisi dengan cerita kekerasan seksual kategori sedang hingga ringan seperti catcalling, body shaming, sentuhan, dan pengalaman kejadian kekerasan seksual lainnya.

Selain itu, ada juga beberapa pakaian korban saat kekerasan terjadi yang dipasang di sana. Dan perlu dicatat, pakaian-pakaian itu bukan jenis pakaian yang sering dikatakan "mengundang". Artinya, kekerasan seksual pada dasarnya terjadi karena pikiran jahat pelaku, bukan kesalahan korban.

Dian Ina Mahendra mengungkapkan bahwa dalam instalasi tersebut terdapat cerita-cerita pedih yang divisualisasikan dengan simbol sepatu dan pakaian korban berdasarkan kategori cerita korban yang mengalami kejadian kekerasan seksual.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com