Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/12/2020, 10:25 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber BBC

KOMPAS.com— Organisasi People's Vaccine Alliance mengatakan bahwa saat ini negara-negara kaya mulai menimbun vaksin Covid-19. Hal ini akan menyebabkan orang-orang di negara miskin akan tertinggal dalam upaya memutus pandemi ini.

Organisasi itu menambahkan, saat ini hampir 70 negara berpenghasilan rendah hanya dapat melakukan vaksinasi pada satu dari 10 orang.

Ini terlepas dari Oxford-AstraZeneca yang berjanji untuk memberikan 64 persen dosisnya kepada orang-orang di negara berkembang.

Langkah-langkah perlu diambil untuk memastikan akses ke vaksin adil di seluruh dunia.

Komitmen vaksin ini, yang dikenal sebagai Covax, telah berhasil mengamankan 700 juta dosis vaksin untuk didistribusikan di antara 92 negara berpenghasilan rendah yang telah mendaftar.

Tetapi bahkan dengan rencana ini, People's Vaccine Alliance - jaringan organisasi termasuk Amnesty International, Oxfam dan Global Justice Now - mengatakan tidak cukup banyak yang bisa dilakukan.

Baca juga: Kasus Covid-19 Terus Bertambah dan Vaksin yang Mulai Ditawarkan

Selain itu, People's Vaccine Alliance dan jaringannya meminta perusahaan farmasi agar mau berbagi teknologi mereka untuk memastikan lebih banyak dosis yang bisa diproduksi.

Analisis mereka menemukan bahwa negara-negara kaya telah membeli cukup dosis untuk memvaksinasi seluruh populasinya hingga tiga kali lipat, jika semua vaksin disetujui untuk digunakan.

Kanada, misalnya, telah memesan cukup vaksin untuk melindungi setiap orang Kanada sebanyak lima kali lipat.

Dan meskipun negara-negara kaya hanya mewakili 14 persen dari populasi dunia, mereka telah membeli 53 persen dari vaksin yang paling menjanjikan sejauh ini.

Vaksin yang mereka beli adalah vaksin yang termasuk dalami delapan kandidat vaksin terkemuka dalam uji coba tahap 3. 

Baca juga: Begini Cara Pesan Vaksin Covid-19 secara Mandiri

Akankah negara tertinggal dalam perlombaan vaksin?

Yang perlu diketahui oleh semua orang adalah, vaksin harus tersedia bagi semua orang.

"Tidak seorang pun boleh diblokir untuk mendapatkan vaksin penyelamat nyawa karena negara tempat mereka tinggal atau jumlah uang di kantong mereka," kata Anna Marriott, manajer kebijakan kesehatan Oxfam.

Petugas menurunkan kontainer berisi vaksin COVID-19 saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, tangerang, Banten, Minggu (6/12/2020). Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin COVID-19 buatan perusahaan farmasi Sinovac, China, tiba di tanah air untuk selanjutnya akan diproses lebih lanjut ke Bio Farma selaku BUMN produsen vaksin.ANTARA FOTO/DHEMAS REVIYANTO Petugas menurunkan kontainer berisi vaksin COVID-19 saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, tangerang, Banten, Minggu (6/12/2020). Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin COVID-19 buatan perusahaan farmasi Sinovac, China, tiba di tanah air untuk selanjutnya akan diproses lebih lanjut ke Bio Farma selaku BUMN produsen vaksin.

"Tetapi kecuali sesuatu berubah secara dramatis, miliaran orang di seluruh dunia tidak akan menerima vaksin yang aman dan efektif untuk Covid-19 untuk tahun-tahun mendatang,” imbuhnya.

People's Vaccine Alliance menyerukan kepada semua perusahaan farmasi yang mengerjakan vaksin Covid-19 untuk secara terbuka membagikan teknologi dan kekayaan intelektual mereka sehingga miliaran dosis dapat diproduksi dan tersedia untuk semua orang yang membutuhkannya.

“Ini dapat dilakukan melalui kumpulan akses teknologi Covid-19 Organisasi Kesehatan Dunia,” katanya.

Baca juga: 6 Negara yang Setujui Penggunaan Vaksin Covid-19 Pfizer

Persetujuan

Vaksin Pfizer-BioNTech yang telah mendapat persetujuan di Inggris dan kelompok warga paling rentan sudah mulai disuntikkan minggu ini. Kemungkinan vaksin buatan Pfizer-BioNTech juga akan segera menerima persetujuan dari regulator di AS dan Eropa.

Dua vaksin lainnya, dari Moderna dan Oxford-AstraZeneca, sedang menunggu persetujuan regulasi di sejumlah negara.

Aliansi tersebut menyatakan bahwa sejauh ini semua dosis Moderna dan 90 persen Pfizer / BioNTech telah diakuisisi oleh negara-negara kaya.

AstraZeneca, perusahaan yang memproduksi vaksin Covid yang dikembangkan oleh University of Oxford, telah berkomitmen untuk menyediakannya secara nirlaba di negara berkembang.

Ini lebih murah daripada yang lain dan dapat disimpan pada suhu lemari es, membuatnya lebih mudah untuk didistribusikan ke seluruh dunia.

Terkait wacana ini, aliansi menyambutnya dengan baik. Hanya saja, langkah dari Oxford/ AstraZeneca kemungkinan hanya akan menjangkau 18 persen dari populasi dunia di tahun depan.

“(Ini) menunjukkan bahwa satu perusahaan saja tidak dapat diharapkan untuk memasok seluruh dunia,” ujar Anna.

Vaksin Rusia, Sputnik, juga telah mengumumkan hasil uji coba positif, dan empat vaksin lainnya sedang menjalani uji klinis tahap akhir.

Sementara di Indonesia, pengiriman vaksin Coronavac dari perusahaan biofarmasi yang berbasis di Beijing, Sinovac, telah tiba.

Kini pemerintah tengah melakukan kampanye vaksinasi massal, meskipun vaksin Sinovac belum menyelesaikan uji coba tahap akhir.

Perusahaan ini juga telah mendapatkan kesepakatan dengan Turki, Brasil, dan Chili.

Baca juga: Selain Indonesia, Berikut Negara yang Menggunakan Vaksin Sinovac

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com