Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/12/2020, 07:28 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Moms.com

KOMPAS.com - Memiliki perasaan marah adalah hal yang wajar bagi manusia di segala usia, termasuk pada anak-anak.

Namun, tidak semua anak tahu cara menghadapi amarah dan mengekspresikan emosi. Mereka bisa saja berteriak, memukul, atau membuang mainan saat mengekspresikan perasaan ini.

Sebenarnya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan orangtua untuk membimbing anak-anak agar dapat mengidentifikasi perasaan mereka, dan membantu si kecil mengelola emosi ini dengan cara yang sehat.

Memang sulit bagi anak-anak untuk memproses dan menyampaikan pikiran dan perasaan mereka tanpa lepas kendali dan menjadi sebuah amarah.

Anak membutuhkan waktu untuk mempelajari cara-cara menenangkan diri dan tetap mengontrol ekspresi diri, terutama pada saat mereka marah.

Bagaimana mereka menghadapi dan mengatasi hal ini, tergantung bagaimana bimbingan dari orangtua atau pengasuh mereka.

Baca juga: Balita Sering Memukul Ketika Marah, Ini yang Harus Dilakukan Orangtua

Adapun orangtua dapat membantu anak-anak untuk mengatasi masalah emosi pada anak ini. Berikut lima hal yang bisa dilakukan orangtua.

1. Tenang dan rasional

Hal terpenting yang dapat dilakukan orang tua untuk anaknya adalah memberi contoh perilaku yang tepat.

Jika anak sedang mengamuk, kebanyakan orangtua akan bereaksi yang sama. Orangtua cenderung kembali memarahi si kecil, dengan harapan mereka akan takut dan segera tenang. Namun, hal ini justri akan memperburuk keadaan.

Orang tua perlu bersikap tenang agar anak-anak mereka juga menjadi lebih tenang. Cobalah untuk tetap bersabar dan tawarkan solusi.

2. Bersikaplah proaktif

Sebelum anak mulai marah karena sesuatu berjalan tak sesuai dengan keinginannya, ada baiknya orangtua membicarakan hal-hal tentang emosi pada mereka.

Bersikaplah proaktif, bukan reaktif, tentang situasi ini. Ketika seorang anak sudah berada di tengah-tengah masalah dan kesulitan, kemampuan mereka untuk berpikir jernih akan berkurang.

Lebih baik mendiskusikan perasaan dan emosi yang memicu kemarahan pada saat keadaan tenang. Ini akan menjadi pengalaman yang lebih bermanfaat bagi anak dan orangtua.

Halaman:
Sumber Moms.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com