Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/12/2020, 11:54 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber BHG

KOMPAS.com - Hampir sembilan bulan aktivitas kita terbatas karena pandemi. Berada di rumah terlalu lama ternyata bikin banyak dari kita menjadi jenuh dan stres.

Stres bisa memengaruhi kesehatan mental. Ditambah lagi perasaan khawatir yang memicu kecemasan, lekas marah, dan gelisah.

Selain itu, stres juga berdampak buruk secara fisik karena bisa menimbulkan rasa tidak nyaman mulai dari sakit kepala, tekanan darah tinggi, naiknya asam lambung, hingga obesitas.

Jajak pendapat yang dilakukan pada bulan Agustus oleh KFF, organisasi nirlaba yang memberi informasi seputar masalah kesehatan, mengungkap bagaimana kondisi mental masyarakat selama pandemi.

Dari jajak pendapat itu, terungkap bahwa 53 persen orang di Amerika mengaku kesehatan mental mereka terpengaruh secara negatif, naik dari 32 persen orang yang melaporkan hal serupa pada bulan Maret.

Agar tidak menjadi penyakit, kita bisa mengelola stres dengan membuat hidup lebih rileks dan bahagia. Bagaimana caranya? 

1. Tetap komunikasi dengan teman

Ilustrasi Zoom.BusinessInsider Ilustrasi Zoom.
Mempunyai hubungan pertemanan yang baik akan membawa pengaruh positif untuk kesehatan.

Para peneliti menemukan, pertemanan bisa membantu kita menurunkan tekanan darah, meredakan kecemasan, dan memperpanjang usia.

Dari studi terbaru yang meneliti pasien penderita AIDS, Jane Leserman, Ph.D di University of North Carolina menemukan bahwa pria yang didukung teman baik lebih mampu melawan AIDS.

Leserman tidak yakin bagaimana dukungan dari teman melindungi sistem kekebalan pasien. Namun, Leserman menghargai persahabatan mereka dengan membantu mengurangi stres karena penyakit mereka.

Para pakar menyebut persahabatan sebagai faktor kunci dalam melewati masa-masa stres, termasuk karena sakit.

Demikian pula yang disampaikan Dr Edward Callahan, psikolog di University of California di Davis, AS.

"Jika Anda bisa mengendalikan stres dan membicarakannya dengan orang lain, Anda mampu menghadapi lebih banyak masalah," kata Callahan.

"Sayangnya, orang yang sedang stres lebih cenderung mengisolasi diri mereka sendiri," kata Martha Craft-Rosenberg, PhD, profesor dan ketua studi orang tua, anak, dan keluarga di University of Iowa.

Nah, bila kamu menghubungi teman yang sedang stres, beri dukungan lewat senyuman, pelukan, atau catatan yang menunjukkan kepedulian kita.

Tidak perlu mendesaknya untuk berbicara dalam waktu lama jika ia sedang tidak memerlukannya.

Baca juga: Jaga Persahabatan demi Manfaat Besar bagi Kesehatan...

2. Membagi pekerjaan rumah

Ilustrasi membersihkan rumah.SHUTTERSTOCK/AFRICA STUDIO Ilustrasi membersihkan rumah.
Studi di John Hopkins University menemukan, wanita karier yang mengambil tanggung jawab lebih di rumah dan tidak mendapat apresiasi atau ucapan terima kasih cenderung lebih mudah emosi.

Studi yang dilakukan oleh Dr Barbara Curbow dan Dr Joan Griffin mengungkap, 56 persen wanita yang disurvei mengaku mengemudi lebih agresif karena emosi.

Sebanyak 41 persen mengaku sering menyumpahi pengemudi lain, dan 25 persen mengatakan mereka melampiaskan rasa frustrasi di bangku kemudi.

Menariknya, studi ini tidak menemukan banyak bukti kemarahan di jalan di pada wanita yang menerima penghargaan di rumah atas kerja keras mereka.

Agar tidak menumpuk kemarahan, kamu bisa membagi tugas di rumah. Tujuannya agar seluruh anggota keluarga terlibat dalam rumah tangga, menurut Craft Rosenberg.

Halaman:
Sumber BHG
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com