Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/12/2020, 07:12 WIB
Maria Adeline Tiara Putri,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Pada Sabtu lalu Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan rencana untuk kembali memberlakukan pembatasan di beberapa wilayah negara, akibat pandemi Covid-19.

Hal ini menyusul penemuan strain atau varian baru virus corona di Inggris. Pembatasan tersebut dimaksudkan untuk mengendalikan penyebaran virus.

Pasalnya, strain virus baru ini dapat menyebar lebih cepat daripada strain virus sebelumnya, yang saat ini masih belum sepenuhnya teratasi.

Baca juga: Berencana Liburan? Ingat Lagi 4 Tingkat Risiko Covid-19 Berikut

"Kami harus bertindak sekarang. Ketika virus mengubah metode serangannya, kami harus mengubah metode pertahanan,” kata Johnson seperti dikutip CNBC.

Pada Senin minggu lalu, Pemerintah Inggris mengumumkan penemuan jenis baru virus corona terkait peningkatan kasus di wilayah selatan dan timur.

Menurut pernyataan dari Public Health England, lebih dari 1.100 kasus Covid-19 dengan strain baru telah diidentifikasi.

Selain itu, selama seminggu kemarin Inggris melaporkan 24.061 kasus Covid-19 baru.

Analisis dari John Hopkins University menyebut, berdasarkan rata-rata mingguan, jumlah tersebut mengalami peningkatan lebih dari 40 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya.

Baca juga: Kenali Tanda Infeksi Covid-19 Pakai Kopi, Begini Caranya

"Ini adalah data awal dan akan ditinjau. Tapi kami harus bertindak karena sekarang virus menyebar dengan sangat cepat,” kata Johnson.

Strain virus baru diperkirakan dapat menular 70 persen lebih mudah daripada strain virus asli. Hal ini dapat memicu penyebaran infeksi Covid-19 secara cepat.

Johnson mengimbau penduduk Inggris menahan diri untuk bepergian dan tetap di rumah guna mencegah strain virus baru menyebar ke seluruh negeri dan luar negeri.

Mutasi dan penularan

Sementara itu, kepala petugas medis Inggris Profesor Chris Whitty dalam konferensi pers mengatakan, virus bermutasi sepanjang waktu termasuk virus corona.

Di negara-negara lain seperti Spanyol, sudah lebih dulu mengidentifikasi strain baru dari virus corona.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah strain baru itu lebih mudah menular dan membuat orang lebih sakit.

Pertanyaan lainnya adalah apakah strain virus baru mengubah cara sistem kekebalan seseorang dalam merespons virus jika sudah terinfeksi atau divaksinasi.

Baca juga: Waspadai Penularan Covid-19 dalam Klaster Keluarga

"Sejauh ini kumpulan bukti dari genetik, frekuensi, dan studi laboratorium menunjukkan strain baru memiliki peningkatan yang signifikan dan substansial dalam hal transmisi (penularan)," kata Whitty.

Dia menambahkan, hingga saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan strain virus baru dapat menyebabkan tingkat kematian yang lebih tinggi.

Whitty percaya strain virus baru pertama kali muncul pada pertengahan September di London atau Kent.

Pada pertengahan November, strain virus baru diperkirakan telah menyebabkan sekitar 28 persen kasus baru di London, dan wilayah lain di Inggris bagian tenggara.

"Sekarang angkanya jauh lebih tinggi. Di London, data selama seminggu terakhir menunjukkan strain baru menyebabkan lebih dari 60 persen kasus baru," kata Whitty.

"Situasi ini memberi tahu bahwa strain baru ini tidak hanya bergerak cepat, tetapi juga memiliki kemampuan menular yang meningkat dan dominan," tambah dia.

Kendati demikian, Whitty menegaskan tidak ada bukti yang menunjukkan strain baru ini menyebabkan penyakit yang lebih parah dan lebih banyak masalah.

Baca juga: Berapa Lama Vaksin Covid-19 Melindungi Tubuh?

Memang ada kecurigaan strain baru ini dapat mengubah respons kekebalan seseorang terhadap penyakit, tapi belum ada bukti.

“Asumsi kami saat ini, dari semua ilmuwan, respons vaksin harus memadai untuk strain virus terbaru. Ini jelas perlu dilihat ke depannya dan kami harus tetap waspada," ujar Whitty.

Inggris telah memberi tahu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang penemuan strain virus baru dan akan terus menganalisisnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com