Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soni, Korban "Bullying" yang Jadi Ratu Kecantikan Transgender

Kompas.com - 21/12/2020, 13:02 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber CNN

"Dengan begitu banyak tekanan dan intimidasi di sekitar saya, saya sangat merasa berbeda dan ada masalah dalam diri saya,” kata Soni.

Saat usia remaja, Soni mulai mencari tahu lebih dalam tentang kondisi dirinya, dan menemukan informasi tentang identitas gender dan operasi konfirmasi gender.

Dia akhirnya meninggalkan rumah pada usia 17 tahun untuk mengejar pendidikan di bidang  mode.

Soni beralih menjadi wanita seutuhnya dengan menjalani terapi hormonal beberapa tahun kemudian. Proses ini, kata Soni, adalah hal tersulit yang harus ia lalui.

“Banyak teman saya yang menyerah, mereka tidak bisa mengerti. Tapi aku sangat bertekad, jadi aku pergi dan melakukan semuanya sendiri,” ujar dia.

Soni tidak pernah secara resmi mengungkapkan kepada keluarganya tentang status gendernya saat ini, tetapi mereka tetap berhubungan setelah dia bertransisi.

Soni adalah lulusan Institut Teknologi Mode Nasional. Ia lantas memulai labelnya sendiri, memenangi acara desain realitas, dan memulai karier sebagai penata gaya.

Hingga akhirnya ia bertemu dengan Rai.

"Ketika dia mendekati saya untuk Miss Transqueen India musim pertama 2017, saya selalu ada untuk mendukungnya, tetapi saya tidak nyaman keluar pada saat itu karena tekanan keluarga," kata Soni.

Soni lalu membantu mengatur kompetisi ini dari balik layar sembari terus terlibat dalam advokasi LGBTQ.

Sekarang, kata Soni, dia siap untuk tampil di depan umum sebagai Miss Transqueen India.

"Saya berada di tempat di mana saya dapat menerima gelar ini karena saya telah melalui begitu banyak hal dan tahu betapa sulitnya berada di tempat saya hari ini," kata dia.

"Jika seseorang membaca tentang saya dan menemukan kenyamanan, saya pikir tujuan saya benar-benar tercapai,” imbuh Soni.

Kekerasan dan ketakutan di tengah komunitas LGBTQ India

Sikap India terhadap masalah LGBTQ masih sangat konservatif, dan komunitas transgender adalah salah satu yang paling terpinggirkan di negara tersebut.

Stigma sosial begitu kuat, sehingga banyak yang keluar dikucilkan oleh masyarakat, tidak diakui oleh anggota keluarga, atau tak diberi akses ke pendidikan dan pekerjaan.

Namun kini ada beberapa kemajuan yang terjadi, di antaranya, Mahkamah Agung India menjatuhkan putusan penting pada tahun 2014 untuk memberi hak mengidentifikasi diri sebagai pria atau wanita.

Pengadilan mengeluarkan arahan kepada berbagai kementerian pemerintah, termasuk menambahkan "gender ketiga" atau "transgender" sebagai opsi di semua dokumen pemerintah.

Namun kekerasan fisik dan seksual terhadap transgender tetap sangat tinggi.

Menurut survei 2014-2015 terhadap hampir 5.000 transgender oleh Organisasi Pengendalian AIDS Nasional, seperlima responden mengaku pernah mengalami kekerasan seksual dalam 12 bulan terakhir.

Korban penyerangan transgender melaporkan kepada pihak berwajib, sayangnya kerap tidak ditanggapi serius dan aparat cenderung mengabaikan laporan mereka.

Kalaupun suatu perkara sampai ke pengadilan, hukuman pemerkosaan atau kekerasan seksual seringkali lebih ringan jika korbannya adalah transgender dibandingkan dengan perempuan.

Halaman:
Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com