Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soni, Korban "Bullying" yang Jadi Ratu Kecantikan Transgender

Kompas.com - 21/12/2020, 13:02 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - India kini memiliki Miss Transqueen baru, yang akan dikirim ke ajang internasional, sambil berupaya berbicara untuk komunitas transgender yang terpinggirkan di negara itu.

Pemegang gelar tersebut adalah seorang perancang busana, Shaine Soni yang resmi digelari sebagai Miss Transqueen India, pada Sabtu pekan lalu.

Penobatan tersebut sekaligus memastikan Soni bakal mewakili India di ajang Miss International Queen tahun depan, -sebuah kontes wanita transgender terbesar di dunia.

Baca juga: Pertama Kalinya, Seorang Transgender Terpilih Jadi Anggota Senat di AS

Ajang Miss Transqueen India pertama kali digelar pada tahun 2017, dengan menerapkan tahap-tahap kontes kecantikan tradisional.

Di dalam ajang itu ada sesi pemotretan, unjuk bakat, kostum, penjurian, dengan sekian banyak penonton saat puncak acara. 

Sayangnya tahun ini penyelenggara tak bisa digelar seperti masa sebelumnya, karena pandemi Covid-19 yang belum berakhir.

Namun Reena Rai, Ketua dan Pendiri ajang Miss Transqueen India, tidak mau menyerah.

Dia bertekad untuk mengirimkan kontestan untuk mewakili India pada kontes internasional 2021.

Baca juga: Valentina Sampaio, Model Swimsuit Transgender di Sports Illustrated

"Kontes saya bukan hanya tentang kecantikan, ini tentang pemberdayaan dan inklusi,” ujar Rai.

“Jika saya akan mengirim seseorang tanpa mengadakan kompetisi, maka saya harus memastikan bahwa dia adalah kandidat yang sangat kuat."

"Dia harus yang terbaik dari yang terbaik, seseorang yang mengetahui nilai untuk menjadi Miss Transqueen India,” kata Rai.

Soni sepertinya menjadi pilihan yang tepat, mengingat ia adalah seorang perancang busana dan stylist yang karyanya dikenal pada beberapa kontes terkenal.

Sebelumnya, Soni juga kerap membantu para kontestan dalam ajang sejenis untuk memilih pakaian yang akan dikenakan.

Kisah Soni sebagai seorang transgender juga tidaklah mudah.

Baca juga: Andreja Pejic, Model Transgender Pertama untuk Profil Majalah Vogue

Selama bertahun-tahun, Soni menyembunyikan identitas transgendernya sambil berjuang untuk diterima oleh keluarga dan teman-temannya.

Namun Rai mendorongnya untuk melangkah maju demi pengakuan dan gelar tersebut.

"Dia selalu menjadi tulang punggung yang sangat kuat untuk transqueen India," kata Rai.

Soni, korban bully yang jadi ratu kecantikan

Shaine Soni (tengah) didampingi Reena Rai -pendiri Miss Transqueen India (kedua dari kiri), berfoto bersama dengan, runner-up Transqueen India 2020 (paling kiri), Nithu R S -Miss Transqueen India 2019 kedua dari kanan. Miss Transqueen IndiaDokumentasi Miss Transqueen India VIA CNN Shaine Soni (tengah) didampingi Reena Rai -pendiri Miss Transqueen India (kedua dari kiri), berfoto bersama dengan, runner-up Transqueen India 2020 (paling kiri), Nithu R S -Miss Transqueen India 2019 kedua dari kanan. Miss Transqueen India
Soni dilahirkan secara biologis sebagai laki-laki, ia lalu diidentifikasi sebagai seorang gadis sejak usia muda.

Hal ini membuat Soni merasa bingung. Belum lagi, ia juga merasa kecewa ketika orang-orang di sekitarnya mulai bersikeras menyebut dia adalah laki-laki.

Lingkungan memaksa dia untuk bertindak dan berperilaku layaknya kaum adam.

Saat tumbuh dewasa, Soni menghadapi tekanan yang semakin meningkat dari kerabat dan teman-teman. 

Mereka kerap mencegah Soni saat ingin memanjangkan rambut, mengenakan pakaian feminin atau pun berperilaku seperti banci.

"Dengan begitu banyak tekanan dan intimidasi di sekitar saya, saya sangat merasa berbeda dan ada masalah dalam diri saya,” kata Soni.

Saat usia remaja, Soni mulai mencari tahu lebih dalam tentang kondisi dirinya, dan menemukan informasi tentang identitas gender dan operasi konfirmasi gender.

Dia akhirnya meninggalkan rumah pada usia 17 tahun untuk mengejar pendidikan di bidang  mode.

Soni beralih menjadi wanita seutuhnya dengan menjalani terapi hormonal beberapa tahun kemudian. Proses ini, kata Soni, adalah hal tersulit yang harus ia lalui.

“Banyak teman saya yang menyerah, mereka tidak bisa mengerti. Tapi aku sangat bertekad, jadi aku pergi dan melakukan semuanya sendiri,” ujar dia.

Soni tidak pernah secara resmi mengungkapkan kepada keluarganya tentang status gendernya saat ini, tetapi mereka tetap berhubungan setelah dia bertransisi.

Soni adalah lulusan Institut Teknologi Mode Nasional. Ia lantas memulai labelnya sendiri, memenangi acara desain realitas, dan memulai karier sebagai penata gaya.

Hingga akhirnya ia bertemu dengan Rai.

"Ketika dia mendekati saya untuk Miss Transqueen India musim pertama 2017, saya selalu ada untuk mendukungnya, tetapi saya tidak nyaman keluar pada saat itu karena tekanan keluarga," kata Soni.

Soni lalu membantu mengatur kompetisi ini dari balik layar sembari terus terlibat dalam advokasi LGBTQ.

Sekarang, kata Soni, dia siap untuk tampil di depan umum sebagai Miss Transqueen India.

"Saya berada di tempat di mana saya dapat menerima gelar ini karena saya telah melalui begitu banyak hal dan tahu betapa sulitnya berada di tempat saya hari ini," kata dia.

"Jika seseorang membaca tentang saya dan menemukan kenyamanan, saya pikir tujuan saya benar-benar tercapai,” imbuh Soni.

Kekerasan dan ketakutan di tengah komunitas LGBTQ India

Sikap India terhadap masalah LGBTQ masih sangat konservatif, dan komunitas transgender adalah salah satu yang paling terpinggirkan di negara tersebut.

Stigma sosial begitu kuat, sehingga banyak yang keluar dikucilkan oleh masyarakat, tidak diakui oleh anggota keluarga, atau tak diberi akses ke pendidikan dan pekerjaan.

Namun kini ada beberapa kemajuan yang terjadi, di antaranya, Mahkamah Agung India menjatuhkan putusan penting pada tahun 2014 untuk memberi hak mengidentifikasi diri sebagai pria atau wanita.

Pengadilan mengeluarkan arahan kepada berbagai kementerian pemerintah, termasuk menambahkan "gender ketiga" atau "transgender" sebagai opsi di semua dokumen pemerintah.

Namun kekerasan fisik dan seksual terhadap transgender tetap sangat tinggi.

Menurut survei 2014-2015 terhadap hampir 5.000 transgender oleh Organisasi Pengendalian AIDS Nasional, seperlima responden mengaku pernah mengalami kekerasan seksual dalam 12 bulan terakhir.

Korban penyerangan transgender melaporkan kepada pihak berwajib, sayangnya kerap tidak ditanggapi serius dan aparat cenderung mengabaikan laporan mereka.

Kalaupun suatu perkara sampai ke pengadilan, hukuman pemerkosaan atau kekerasan seksual seringkali lebih ringan jika korbannya adalah transgender dibandingkan dengan perempuan.

Stereotip yang merugikan dalam hiburan dan media semakin melanggengkan ketidakpercayaan dan stigma publik.

Baru tahun ini, para kritikus mengecam film yang menggambarkan protagonis yang dirasuki oleh hantu transgender pendendam.

Alasannya film tersebut memperkuat stereotip diskriminatif orang trans sebagai predator atau terkait dengan kejahatan supernatural.

Ini yang terbaru dari sejarah panjang film Bollywood yang kerap mengejek dan menjelekkan kaum transgender.

Hal inilah yang ingin diubah oleh Rai ketika dia meluncurkan Miss Transqueen India pada tahun 2017.

"Orang-orang mengejek mereka karena memakai lipstik merah atau memakai stiletto."

"Saya ingin membuat platform di mana orang akan memuji mereka karena memakai lipstik merah dan memakai stiletto." ungkap Rai.

"Saya ingin menciptakan kesadaran bahwa yang mereka butuhkan hanyalah sebuah platform, dan bahwa mereka dapat melakukan apa saja seperti kita semua, jika mereka diberi kesempatan,” lanjut Rai.

Namun perjalanan Rai tidaklah mudah. Kontes ini tidak dapat menarik sponsor atau desainer.

Lalu Rai ingat beberapa desainer yang menolak menyediakan pakaian karena saat pakaiannya dikenakan oleh kaum transgender, para gadis normal tidak akan mau memakainya.

Orang lain tidak dapat memahami mengapa Rai terlibat dalam advokasi ini, sementara dia sendiri bukan transgender.

Rai bahkan mengaku kesulitan menyelenggarakan acara, yang membuatnya bangkrut serta menggadaikan rumahnya saat kontes pertama kali digelar.

Tapi, dengan Soni dan pendukung lainnya di sisinya, pertunjukan terus berlanjut - dan sekarang, sudah memasuki tahun keempat.

Tahun lalu, mereka bahkan mengundang siswa universitas dan sekolah menengah untuk menonton kontes tersebut.

Diharapkan langkah ini menjadi jalan untuk mengajari generasi muda tentang komunitas LGBTQ.

Tahun ini mungkin tidak ada kompetisi kontes glamor dan acara seperti di tahun-tahun sebelumnya.

Namun Rai dan Soni melihat ke masa depan, dan visi mereka untuk India yang lebih menerima.

Mereka berharap kontes kecantikan dan kerja advokasi mereka dapat membantu membuka jalan, dan memengaruhi cara dunia melihat orang-orang LGBTQ India.

"Ini bukan hanya tentang saya - ini memberi saya kesempatan untuk mendengar cerita orang- yang merasa tidak didengar selama bertahun-tahun."

"Dan tidak bisa bersuara tentang apa yang mereka rasakan. Saya bisa menjadi suara untuk mereka,” imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com