KOMPAS.com - Angka balita stunting di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, angka stunting mencapai 27,67 persen.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni maksimal 20 persen.
Padahal, stunting dapat mendatangkan masalah bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam jangka pendek, stunting dapat menyebabkan pertumbuhan fisik dan otak kurang optimal, kekebalan tubuh menurun, serta kemampuan kognitif dan prestasi belajar yang rendah.
Sedangkan dalam jangka panjang, stunting berisiko meningkatkan penyakit degeneratif, produktivitas ekonomi yang lebih rendah, dan kualitas kerja yang kurang kompetitif.
Faktor penyebab
Permasalahan stunting bisa muncul sejak bayi berada dalam kandungan karena kurangnya asupan nutrisi pada ibu hamil.
Data menyebutkan, sebanyak 70-80 persen ibu hamil di Indonesia kurang asupan energi dan protein. Padahal, itu adalah modal untuk menghasilkan generasi yang baik.
Selain itu, banyak ibu hamil yang juga mengalami masalah anemia karena kekurangan zat besi.
Baca juga: Dampak Anemia Remaja Putri: Sulit Konsentrasi hingga Risiko Stunting
Hal ini dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, kematian janin, hingga berat badan lahir rendah pada bayi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.