Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Suruh Anak Berhenti Menangis, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 31/12/2020, 16:01 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

Sumber Moms

KOMPAS.com— Saat anak menangis, secara otomatis orangtua akan menenangkan dan meminta anak untuk berhenti menangis dengan mengucapkan beberapa frasa seperti, “berhentilah menangis" atau “kamu tidak perlu menangis.”

Hal ini umum dilakukan oleh orangtua, terlebih jika melihat penyebab anak menangis adalah hal yang sepele.

Namun, rupanya ada beberapa alasan mengapa orangtua sebaiknya tidak meminta anak berhenti menangis.

Menurut laman Moms, membiarkan anak menangis sama dengan berempati dan menunjukkan rasa pengertian. Sebab, apakah prnyebab anak menangis "kecil" atau "besar" menurut orang dewasa, bukan berarti sikap itu tidak valid.

Setidaknya, ada tiga alasan yang menjelaskan mengapa orang dewasa sebaiknya tidak langsung menghentikan tangisan anak:

1. Emosi tetaplah emosi

Anak pasti memiliki alasan mengapa mereka menangis.

Menurut Psychology Today, ketika kita terus-menerus meminta anak untuk berhenti menangis, itu sama dengan menekan emosi mereka dan secara tidak langsung memberi tahu mereka bahwa mereka tidak boleh merasakan sesuatu dan ini bisa berbahaya.

Ketika anak-anak menangis atau mengeluarkan ekspresi perasaan apapun, mereka sedang membangun keterampilan sosial-emosional dan itu tidak boleh dihentikan.

Menyuruh mereka untuk berhenti menangis sama dengan memberi tahu bahwa mereka tidak boleh mengungkapkan apa yang mereka rasakan.

Secara tidak langsung, kita juga memberi tahu mereka bahwa masalah mereka tidak penting jika tidak memahami konsep masalah orang dewasa.

Baca juga: Cara Hadapi Anak yang Gampang Menangis

2. Mengajarkan untuk mengubur emosi

Menurut Educate Inspire Change, orangtua harus mempersiapkan anak untuk menghadapi emosi yang mereka rasakan dalam hidup mereka kelak.

Meminta anak berhenti menangis sama dengan meminta anak untuk mengubur emosi yang mereka rasakan.

Anak-anak adalah makhluk yang polos dan belum memahami konsep tentang dunia nyata serta masalah yang dihadapi orang dewasa.

Di dunia mereka, kehilangan mainan kesayangan mungkin adalah hal yang tragis, dan mungkin itu adalah momen pertama mereka memproses perasaan kehilangan dan kesedihan yang mendalam.

Sekalipun jika kita, orang dewasa, tidak menganggapnya sebagai masalah besar, kita tetap perlu menunjukkan kepada mereka bahwa kita peduli dengan rasa kesedihan mereka dan sampaikan bahwa mereka akan baik-baik saja.

Melarang anak menunjukkan emosinya, seperti menangis, akan terbawa hingga mereka dewasa.

Pada waktunya nanti, mereka bisa saja meyakini bahwa mereka tidak boleh mengekspresikan perasaannya. Padahal, menahan emosi dapat mengganggu kesehatan mental.

Baca juga: Menangis Baik untuk Kesehatan Fisik dan Mental

3. Membingungkan

Situasi di mana anak sedang merasakan kesedihan namun malah dilarang untuk menangis akan membuat mereka bingung.

Anak kecil masih belum bisa memproses emosinya.

Mereka merasakan sakit yang dalam di hati mereka dan mereka tahu bahwa bahwa rasa sakit itu harus diekspresikan, namun hal itu malah dilarang oleh orang dewaaa.

Larangan untuk menangis akan membuat anak mencoba dan mengungkapkan perasaan mereka dengan cara lain, misalnya dengan marah atau melakukan kekerasan dalam situasi tertentu.

Perasaan harus dilepaskan dan merupakan tugas orangtua untuk mengajarkan anak meluapkan perasaannya lewat cara-cara yang sehat dan menangis adalah salah satunya.

Baca juga: 5 Hal yang Bisa Bantu Anak Atasi Rasa Marah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Moms
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com