Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Bunga Wijaya Kusuma, Sarat Mitos dan Juga Manfaat Kesehatan...

Kompas.com - 06/01/2021, 09:24 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama pandemi, pecinta tanaman hias pun terus menjamur. Tak heran jika semakin banyak pula jenis bunga yang menjadi incaran.

Salah satu tanaman yang menjadi incaran adalah bunga wijaya kusuma. Bunga ini menjadi pilihan banyak orang, salah satunya pecinta tanaman hias yang juga pemilik WDrupadi, Wisni Indarto.

Wisni mengaku merawat dan berburu beberapa jenis bunga wijaya kusuma. Bagi dia, setiap mendengar nama bunga wijaya kusuma, ingatannya akan terbang ke masa lalu.

Baca juga: 3 Tips Sederhana Menanam Bumbu Dapur dalam Pot

Masa di mana dia menikmati momen menanti mekarnya wijaya kusuma bersama orang terkasih yang lebih tua, baik itu nenek, kakek, ataupun orangtua.

"Saya pribadi mengenal bunga wijaya kusuma sedari kecil, nenek kakek saya sempat bercerita bahwa bunga ini pada zaman dahulu adalah salah satu tanaman hias yang langka," ujar Wisni dalam perbincangan akhir pekan lalu.

"Bunga ini istimewa (karena dulu) hanya dimiliki serta ditanam orang-orang di kalangan keraton, serta orang-orang kalangan menengah ke atas," tambah dia.

Menurut kakek neneknya, sambung Wisni, bunga ini terkenal dengan kekuatan mistis dan sarat mitos.

Salah satunya karena hanya mekar di malam hari. Lalu, menjelang dini hari mulai layu, dan pagi hari sepenuhnya layu.

Pembawa keberuntungan

Bunga wijaya kusuma juga dikenal sebagai tanaman hias pembawa keberuntungan.

Bahkan sering dijadikan simbol atau penanda akan mendapatkan rezeki bagi mereka yang bisa menyaksikan mekarnya bunga itu.

Wisni mengaku mulai menanam bunga wijaya kusuma jenis pumilum sejak tahun 2009.

Wijaya kusuma pumilum merupakan species yang paling banyak ditemukan di pasar Indonesia dan yang "paling rajin" berbunga.

Baca juga: 5 Cara Praktis Menanam Tanaman Hias, Cukup Pakai Air

Kemudian tahun 2014, dia mulai nenamam wijaya kusuma spesies hookeri. Tanaman ini memiliki daun lebih besar dan keras dibanding pumilum.

Kuntum bunga wijaya kusuma hookeri memiliki putik warna kuning dengan aroma yang semerbak.

"Tahun 2015 saya menanam bunga wijaya kusuma oxypetalum. Bunga inilah yang dimaksud dalam cerita nenek kakek saja zaman itu," tutur dia.

Bunga wijaya kusuma oxypetalum memiliki diameter kuntum bunga yang paling besar dibanding pumilum dan hookeri, juga dengan aroma yang wangi.

"Bertahun-tahun saya setia merawat dan menam bunga wijaya kusuma dan setiap mekar saya merasa senang serta bahagia sekali," ungkap dia.

Dari ketiga jenis spesies tersebut, Wisni mengaku mendapat banyak pelajaran hidup. Mulai dari proses mekarnya kuntum-kuntum bunga yang dianalogikannya seperti kehidupan.

"Kehidupan hanya sesaat, patut kita syukuri dan nikmati," imbuh dia.

Manfaat kesehatan

Ternyata, bunga yang kuntumnya dapat memanjakan mata ini juga berkhasiat untuk kesehatan, misalnya untuk mengobati TBC Paru dengan batuk, asma, batuk darah, muntah darah.

Bisa juga untuk pendarahan pada wanita, tekanan darah tinggi, infeksi tenggorokan, radang lambung, susah buaang air besar, bisul, luka berdarah, bengkak, lemah, dan meningkatkan stamina.

Baca juga: Menanam Hidroponik Tak Harus Mahal yang Penting Konsisten

Selain berkhasiat sebagai obat herbal bunga ini pun dapat dijadikan bahan kuliner seperti dibuat sop atau digoreng krispy.

Sejak pandemi, Wisni mengaku terus mencari jenis bunga wijaya kusuma lainnya. Range harganya bervariasi. Bahkan ada yang di atas Rp 5 juta untuk jenis-jenis hibrid tertentu.

"Saya mulai membudidayakan bunga wijaya kusuma hybrid dan mencoba melayani teman-teman yang ingin menanamnya," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com