Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengembangkan "Growth Mindset" pada Anak yang Ambisius

Kompas.com - 06/01/2021, 09:57 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

"Puji detail kecil dari latihan anak seperti perubahan dalam pengendalian tubuh, atau cara ia melengkungkan tangan saat melempar bola," kata LaNail R Plummer, CEO penyedia layanan kesehatan mental.

"Memuji usaha anak memungkinkan ia mendengar kata-kata yang lebih positif, dan memahami kegembiraan sesungguhnya sedang tumbuh, bukan hanya hasil dari suatu situasi."

Memang, anak tetap dapat merasa frustasi apabila dihadapkan pada kekalahan, nilai yang buruk, atau hal lain yang membuatnya kecewa.

Oleh karenanya, Plummer menyarankan orangtua untuk berdiskusi dengan anak menggunakan analogi yang mencerminkan pengalaman hidup sang anak.

"Contohnya bisa seperti menaiki anak tangga yang curam untuk mencapai level tertinggi. Hanya karena sebuah langkah sulit, tidak berarti orang harus terjebak di sana atau kembali ke belakang," sebut Plummer.

Baca juga: Sisi Lain Pandemi, Anak Jadi Belajar Lebih Mandiri

"Atau, Anda dapat berbicara tentang berubah menjadi superhero. Dalam setiap film superhero, karakter harus berubah untuk menjadi versi terbaik dari dirinya."

Namun bukan berarti memperoleh nilai sempurna dan memenangkan sebuah permainan tidak ada gunanya.

"Kita butuh orang-orang di dunia ini yang berfokus pada hasil, jadi saya selalu mendorong orangtua untuk tidak menekannya pada anak mereka," ujar Brown.

"Sebaliknya, orangtua harus memperluas proses berpikir anak untuk memasukkan prinsip growth mindset."

Juga bermanfaat bagi orangtua

Pola pikir growth mindset juga berdampak pada orangtua. Akan lebih baik jika orangtua dapat melakukannya, ketimbang sekadar menanamkannya kepada anak.

"Jangan ragu memberikan anak beberapa contoh saat Anda ditantang untuk tumbuh dengan semua emosi, pikiran dan keputusan yang masuk dalam proses tersebut," kata Plummer.

Kim Parker, LCSW, penulis "East Meets West: Parenting From the Best of Both Worlds, juga berpendapat tak ada salahnya berbagi  tentang kesalahan dan momen memalukan Anda ketika masih kecil.

Baca juga: Elon Musk dan Ambisi Masa Kecil yang Diwujudkan

"Ketika saya berbagi cerita ini secara terus terang dengan anak-anak, hati mereka hangat kepada saya, pikiran mereka memiliki lebih banyak kemungkinan dan semangat mereka terangkat."

"Mereka mungkin menertawakan saya, tetapi tidak apa-apa karena saya menertawakan diri sendiri. Tidak ada tekanan bahwa mereka harus menjadi sempurna atau melakukan sesuatu dengan baik," sambung Parker.

Berbagi masa lalu juga dapat membuat orangtua lebih rendah hati.

"Tanpa growth mindset, kita mungkin terjebak dalam kecemasan atau memiliki penilaian negatif terhadap orang lain. Keduanya mencegah kita bergerak melalui cobaan dan kesalahan yang merupakan bagian utama kehidupan."

Baca juga: Anak yang Tumbuh Bersama Kakak Perempuan Lebih Sukses

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com