Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memberi Hadiah untuk Memotivasi Anak, Pentingkah?

Kompas.com - 07/01/2021, 16:35 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Semua anak pasti senang diberi hadiah dan penghargaan oleh orangtua. Bentuk hadiah itu bisa bermacam-macam, seperti membelikan es krim, makanan, atau mainan yang disukai anak.

Memberi hadiah kepada anak bertujuan agar dia termotivasi untuk lebih giat belajar, mematuhi orangtua, dan menjadi anak yang baik.

Namun, apakah kebiasaan memberi hadiah kepada anak akan berpengaruh terhadap perkembangan emosionalnya?

Psikolog anak Emily Mudd, PhD menjelaskan bagaimana menggunakan penghargaan atau hadiah untuk memotivasi anak.

Baca juga: Lama di Rumah Bikin Anak Kesepian, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?

Mengenal dua jenis motivasi

Dengan mengenal cara motivasi memengaruhi otak, kita akan memahami mengapa anak memilih untuk mengerjakan atau menolak tugas tertentu.

  • Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah kondisi di mana kita melakukan suatu kegiatan karena hal itu menyenangkan. Bagi anak, kegiatan menyenangkan bisa berupa bermain video game atau mendengarkan musik favorit.

"Ketika sesuatu secara intrinsik memotivasi, Anda melakukannya karena itu menyenangkan dan menarik. Anda tidak melakukannya untuk mendapatkan hadiah atau menerima pengakuan," kata Mudd.

Baca juga: Bagaimana Membangun Perilaku Baik pada Anak Tanpa Iming-iming Hadiah?

  • Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Kita bertindak bukan karena menikmatinya, melainkan ingin imbalan dari orang lain atau hasil yang bagus.

"Dengan motivasi ekstrinsik, anak mungkin belajar untuk ujian matematika karena ia ingin nilai yang bagus, bukan karena ia menikmati matematika atau belajar," jelas Mudd.

"Motivasi anak terletak pada hasil yang dia inginkan yaitu nilai yang bagus."

Baca juga: 6 Hal yang Bisa Bikin Remaja Tidak Lagi Melawan

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

Perlukah memberi hadiah atau penghargaan pada anak?

"Saya sering mendengar orangtua berkata penghargaan itu seperti suap, yang mana hal itu salah, karena masyarakat kita dibangun dengan ganjaran." ungkap Mudd.

"Kita belajar untuk mendapat nilai bagus dalam ujian. Kita bekerja untuk memperoleh gaji. Jika belum dinilai, Anda mungkin tidak akan belajar keras. Jika tidak dibayar, Anda bisa saja tidak termotivasi untuk bekerja."

Imbalan adalah jenis penguatan positif dan bisa diterapkan dalam pengasuhan anak.

Baca juga: Kenali 4 Jenis Pola Asuh dan Efeknya pada Anak

"Tugas-tugas tertentu tidak secara intrinsik memotivasi beberapa anak, seperti belajar atau membersihkan kamarnya," kata Mudd.

Di situasi itulah, kita sebagai orangtua menggunakan motivasi ekstrinsik untuk mendorong anak.

"Anda dapat menawarkan hadiah kepada anak melalui sesuatu yang sederhana seperti bagan stiker saat dia menyelesaikan tugas," tambahnya.

Ikuti langkah berikut agar orangtua bisa memberikan imbalan atau penghargaan kepada anak dengan tepat.

Baca juga: Anak Dapat Nilai Bagus di Sekolah, Jangan Diberi Reward Uang

1. Memberikan hadiah dengan bijak

Gunakan hadiah untuk satu perilaku tertentu pada satu waktu. Jika kita memberi reward atau imbalan pada anak untuk berbagai hal, kemungkinan anak akan berharap mendapat imbalan setiap kali dia disuruh. Hal ini membuat anak kewalahan, dan menyulitkan orangtua.

2. Berikan kata-kata penyemangat

Beri tahu anak mengapa tugas itu penting. Gunakan dorongan semangat saat ia bekerja untuk mencapai tujuannya.

Mudd mengingatkan orangtua untuk memuji proses anak menyelesaikan tugas, bukan berorientasi pada hasil.

"Jika anak membangun blok menara dan menara itu jatuh, beri tahu dia bahwa Anda melihat kerja kerasnya untuk membangun menara itu. Akui seberapa keras anak belajar untuk ujian, jangan fokus pada nilai akhir."

Memuji sesuatu yang dapat dikendalikan anak membantu dia membangun kepercayaan diri. Anak pun yakin bahwa dia mampu melakukan hal-hal yang sulit.

Baca juga: Kalimat-kalimat Positif untuk Anak Bantu Bangkitkan Rasa Percaya Diri

3. Tambahkan tingkat kesulitan untuk memperoleh hadiah

Ketika anak diberi tugas dan ia berhasil menuntaskannya, tambah tingkat kesulitan untuk mendapatkan hadiah.

Mulailah dengan sesuatu yang mudah dia capai. Begitu ia menguasai tugas yang diberikan, tambahkan tingkatkan kesulitannya. Temukan keseimbangan dengan tidak membuatnya terlalu mudah dan terlalu sulit.

4. Hadiah tidak harus berupa uang

Berikan motivasi kepada anak dengan memberinya pilihan atau waktu ekstra untuk keluarga daripada uang.

"Jadikan hadiah anak sebagai sesuatu yang memberi dia rasa kendali. Hal ini membangun motivasi internal karena anak ingin didengar dan merasa memiliki suara."

Contoh imbalan yang tidak melibatkan uang bisa mencakup:

- Memilih menu makanan untuk makan malam

- Waktu bermain ekstra dengan orangtua

- Bermain tablet lebih lama

Baca juga: Anak Hanya di Rumah Selama Pandemi, Apa Dampaknya bagi Tumbuh Kembang?

5. Gunakan pendekatan SMART

Pendekatan SMART dapat membantu orangtua menetapkan tujuan yang sesuai untuk anak.

SMART terdiri dari specific (spesifik), measurable (terukur), attainable (bisa dicapai), realistic (realistis), dan time-specific (bisa diukur waktunya).

"Anda ingin anak memiliki tujuan yang dapat dia capai dalam jangka waktu yang wajar," ujar Mudd.

"Contohnya, minta anak fokus pada pekerjaan rumah selama 10 menit, atau minta dia membersihkan kamarnya sebelum makan malam. Tujuan yang tepat dan spesifik akan membangun ketahanan internal dan motivasi anak."

Baca juga: Sisi Lain Pandemi, Anak Jadi Belajar Lebih Mandiri

6. Pendekatan berbeda agar anak tidak bersikap buruk

Jika ingin menghentikan perilaku buruk, jangan menggunakan imbalan sebagai senjata. Carilah alasan di balik perilaku negatif anak.

"Bangun hubungan dengan anak untuk mencari tahu mengapa ia berperilaku atau bertingkah buruk, daripada hanya memberi penghargaan kepadanya karena ia tidak melakukan hal buruk."

Anak bisa berperilaku negatif, lanjut Mudd, karena beberapa hal seperti kurangnya keterampilan ekspresif untuk berkomunikasi, anak merasa tidak didengar, atau mengalami kecemasan.

7. Perhatikan upaya anak

Siapa pun menyukai pujian. Studi menunjukkan kebanyakan orang dewasa merasa menerima pujian dari manajer mereka di tempat kerja lebih penting daripada kenaikan gaji.

Saat memuji anak, jelaskan secara spesifik dan puji prosesnya.

Menurut Mudd, kalimat "saya suka caramu mengatur kamar. Saya melihat kamu bekerja keras untuk itu" lebih efektif ketimbang sekadar "kerja bagus".

Jika tidak memuji proses anak menyelesaikan tugas, maka anak akan kehilangan motivasi.

"Anak mendengar kesalahannya sepanjang hari. Memperhatikan perilaku baik anak, dan mengatakan sesuatu tentang perilaku tersebut adalah salah satu bentuk motivasi yang baik."

Baca juga: Pengaruh Negatif Sering Memuji Anak Pintar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com