1. "Selalu"
Pakar hubungan Jaime Bronstein, LCSW, menyebut kata "selalu" adalah mutlak. Menggambarkan perilaku pasangan dengan kata "selalu" dapat merusak hubungan dalam jangka panjang.
"Contohnya, Anda kesal karena pasangan selalu menaruh pakaiannya di lantai. Anda berhak untuk marah," kata Bronstein.
"Tetapi faktanya, dia tidak selalu menaruh pakaiannya di lantai. Beri ruang pada pasangan untuk memaklumi kesalahannya sesekali dan ketahuilah hal itu tidak berdampak pada Anda."
2. "Tidak pernah"
Kata "tidak pernah" adalah kata ekstrem yang sebaiknya dihindari. Di saat kita memberi tahu pasangan bahwa dia 'tidak pernah' melakukan sesuatu, kata itu dapat mengurangi aspek positif dari perilaku seseorang.
"Akibatnya, pasangan cenderung memberikan jawaban defensif, yang tidak produktif untuk menyelesaikan konflik," kata Brown.
Baca juga: Sering Konflik dengan Pasangan Memicu Penyakit Fisik
3. "Tapi"
Apabila pasangan menceritakan sesuatu kepada kita, berhati-hatilah dalam merespon. Menjawab dengan kata "tapi" bukan pilihan yang efektif, menurut Lynell Ross, pelatih hubungan bersertifikat.
Ross mengatakan, ketika kita menggunakan kata "tapi", kita menilai negatif atas apa yang dikatakan pasangan dan membuat dia beranggapan kita tidak bisa memahami atau bahkan mendengarkannya.
4. "Kamu"
Kata "kamu" bisa dipakai untuk kalimat romantis, contohnya "aku cinta kamu". Tapi, "kamu" juga dapat menimbulkan konflik dalam hubungan.
"Mengatakan sesuatu seperti 'kamu membuatku sangat marah', atau 'kamu menunda-nunda lagi,' membuat pasangan berpikir Anda menyalahkan dia," jelas Ross.
Membingkai kalimat dengan cara ini juga membuat pasangan merasa diserang atau dihakimi.
Baca juga: 5 Cara Mudah Buat Hubungan Pernikahan Jadi Lebih Baik
5. "Butuh"
Mengungkapkan kebutuhan dalam suatu hubungan itu penting, namun kata "butuh" cenderung melekat pada keinginan bukan kebutuhan, menurut pakar kesehatan mental Michelle Pargman.
"Kata 'butuh' bisa membuat kita bertengkar secara tidak sengaja dengan orang yang paling kita sayangi. Sebab ketika kita menggunakan kata 'butuh', kita menilainya sama pentingnya dengan oksigen," kata Pargman.