KOMPAS.com - Di usia remaja, anak cenderung bertindak melampaui batas dan terkadang menghancurkan kepercayaan yang diberikan orangtua.
Tentunya, orangtua mempunyai peran untuk memaafkan anak, dan menggunakan pelanggaran yang dilakukannya sebagai momen pembelajaran.
Secara umum, anak di usia remaja impulsif dan emosional. Demikian diterangkan Joseph Shrand, MD.
Shrand adalah kepala psikiatri remaja di High Point Treatment Centers di Brockton, Massachusetts, Amerika Serikat.
Baca juga: Hal yang Perlu Dilakukan Orangtua Ketika Anak Mulai Tertarik Dandan
"Otak anak tidak selalu memikirkan masa depan dan konsekuensi dari tindakannya," kata Shrand.
Shrand menambahkan, kondisi itu bukan merupakan kesalahan anak, melainkan bagian dari cara kerja otak anak yang sedang berkembang.
Menurut dia, orang dewasa mempunyai kemampuan untuk mengantisipasi konsekuensi dari tindakan anak.
"Anak mungkin tidak pernah bermaksud membuat kita tidak mempercayainya," sebut dia.
"Dia hanya melakukan apa yang diinginkan remaja, mengambil risiko, bersosialisasi, dan merasakan kesenangan."
Lebih jauh, Shrand mengingatkan para orangtua untuk memahami remaja saat menghadapinya setelah terjadi pelanggaran kepercayaan.
"Bagaimana kita mengelola amarah akan menjadi contoh bagi remaja dalam mengelola amarahnya."
Untuk meredakan konflik antarorangtua-anak, cobalah beberapa strategi berikut.
Baca juga: Yang Harus Dilakukan Orangtua Jika Anak Potong Rambut Sendiri
1. Ungkapkan kekecewaan
Katakan dengan jelas kepada anak bagaimana kita merasa sakit hati dengan pelanggaran yang dia lakukan.
"Bicarakan dengan anak tentang pelanggaran kepercayaan dan tanyakan kepadanya apa yang bisa dia lakukan untuk memperbaiki kembali hubungan," sebut Shrand.