Lalu, apa yang disarankan para ahli untuk menanggulangi masalah mental dan perilaku ini?
Sesi-sesi konseling dan psikoterapi secara daring (Feijt et al., 2020; Harususilo, 2020; KompasTV, 2020), termasuk konseling pastoral (mis. Situmorang, 2020), sudah dicoba ditawarkan rekan-rekan psikolog dan praktisi kesehatan mental, terutama untuk meningkatkan ketangguhan atau daya lenting (resiliensi), sebagai salah satu yang terpenting selama pandemi (Habersaat et al., 2020).
Salah satu cara yang dapat dilakukan secara mandiri oleh setiap orang sebagai mekanisme penanggulangan yang efektif (coping) dalam menghadapi kondisi sulit ini adalah humor.
Humor bisa sebagai penyanggah terhadap dampak negatif dari stres, sekaligus sebagai cara untuk menghadapi situasi sulit ini karena membantu agar lebih mudah dan lebih cepat dalam penyesuaian diri (Samson et al., 2014).
Cara seperti ini, menurut sejumlah penelitian, terbukti sangat bermanfaat bahkan dalam situasi yang berat sekali pun. Misalnya, selama perang dunia, termasuk dalam kamp konsentrasi (Samson et al., 2014).
Baca juga: Usir Cemas dengan Terapi Tertawa
Salah satu contoh yang paling mengesankan adalah kisah Viktor Emil Frankl, seorang penyintas kamp konsentrasi Nazi yang menuliskan pengalamannya dalam buku yang terkenal dan salah satu yang paling banyak dicetak ulang serta diterjemahkan ke berbagai bahasa, Man's Search for Meaning.
Frankl mengakui humor sebagai senjata jiwa dalam perjuangan untuk bertahan hidup saat teman-temannya yang lain meninggal lebih cepat karena sangat stres, depresi bahkan mencoba bunuh diri karena situasi yang sangat mengerikan (Henman, 2001).
Frankl mengajak temannya bersepakat dan berjanji satu sama lain untuk membuat setidaknya satu cerita lucu setiap hari mengenai apa yang bisa terjadi sehari setelah mereka dibebaskan.
Cerita-cerita lucu ini membuat para tahanan sejenak lupa akan derita mereka dan menemukan arti kehidupan (makna hidup).
Baca juga: 10 Hal yang Menjauhkanmu dari Kebahagiaan
Mengapa humor bisa membantu daya juang dan meningkatkan ketangguhan? Ya, karena orang yang humoris cenderung melihat segi positif dari situasi dan coping dengan cara menangani emosi negatif dengan baik selain berfokus pada penyelesaian masalah yang menjadi sumber stres (Abel, 2002).
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan