Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Tertawalah Lebih Sering Sebelum Pandemi Ini Berakhir

Kompas.com - 12/01/2021, 11:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam humor juga dibutuhkan bakat alami dalam menggunakan kata-kata dan ide-ide yang cepat lalu menciptakan dari yang sebelumnya tidak ada (Samson et al., 2009).

Humor juga sesuatu yang serius, dalam arti dibutuhkan upaya serius untuk mendapatkan manfaat besar dalam situasi sulit seperti saat ini.

Agar bisa melihat sisi jenaka dari pengalaman sehingga bisa mengurangi emosi negatif dan meningkatkan emosi positif, orang harus berani mengubah perspektif secara mendasar terhadap peristiwa negatif, sehingga tercipta jarak emosional yang lebih besar dan bisa menghasilkan regulasi emosi yang lebih efektif.

Untuk itu, diperlukan cara berpikir tak biasa (out of the box) sebagaimana untuk menciptakan lelucon dibutuhkan sudut pandang tak biasa.

Tidak cukup hanya sebagai reseptif atau pasif menerima tapi harus berupaya menciptakan konten humor/lelucon (Henman, 2001).

Baca juga: Hubungan yang Bahagia Memiliki Nilai-nilai Utama Ini

Kecemasan yang wajar

 

Terlepas dari kemanfaatannya, perlu juga dipertimbangkan efek merugikan yang timbul jika tidak berhati-hati, bahkan tidak mustahil mengarah kepada kematian (Samson & Gross, 2012).

Salah satu sebabnya adalah karena rendahnya kekhawatiran terhadap risiko kesehatan. Jangan sampai karena konten lucu menyebabkan rendahnya kewaspadaan karena hilangnya kecemasan.

Sebagai manusia biasa, kita membutuhkan kecemasan yang wajar agar selalu waspada dan tidak menganggap remeh keadaan. Para filsuf dan psikolog eksistensialis bahkan mengatakan kecemasan sebagai syarat hidup.

Selain itu, juga perlu diingat agar humor yang diciptakan bersifat kondusif terhadap kesehatan psikologis bagi semua pihak (adaptif) dan disampaikan dengan bijak, terutama dengan semakin populernya cara, semisal stand-up comedy yang beberapa waktu sempat menuai kontroversi karena dianggap menyebabkan ketersinggungan pada etnis tertentu.

Alih-alih mengundang tawa dan kegembiraan, lelucon malah menyebabkan rasa permusuhan dan kemarahan. Hal ini sangat penting dijaga dalam masyarakat kita yang sangat majemuk.

Maka, marilah mengasah selera humor dengan mengapresiasi humor, belajar menciptakan konten humor, membagikannya melalui media yang tepat dan berharap kita lebih mudah keluar dari masalah yang sulit karena mendapatkan dukungan dari orang lain.

Dasarnya adalah humor juga berfungsi sebagai sarana komunikasi. Mereka dinilai lebih kompeten dalam berkomunikasi.

Baca juga: Mpok Atiek: Jauhi Mem-bully Saat Melawak

Tidak heran bila mereka lebih dikenang, lebih disukai banyak orang, dan lebih populer dari pada orang yang tidak humoris.

Selain itu, juga tetap merasakan kebahagiaan karena senang melihat orang lain gembira.

Bukankah menyenangkan kalau bisa membuat orang lain tertawa terutama orang yang sedang menghadapi kondisi kehidupan yang negatif?

Karena itu, sebagaimana disebut Mel Brooks bahwa humor sebagai mekanisme pertahanan lain menghadapi alam semesta atau jagad raya ini, maka benarlah saat ini pandemi Covid-19 menjadi permasalahan global terutama dampaknya pada kesehatan fisik dan psikis.

Ini harus dihadapi secara serius tapi juga dengan jenaka, dengan mengasah selera humor yang positif dan berupaya menggunakan humor sebagai strategi regulasi menghadapi emosi negatif dalam kehidupan sehari-hari.

Bonar Hutapea
Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com