Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Divaksin Bukan Berarti Bisa Kumpul-kumpul, Ini 4 Alasannya

Kompas.com - 14/01/2021, 09:52 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Program vaksinasi Covid-19 di Indonesia telah dimulai. Beberapa figur, termasuk Presiden Joko Widodo dan petinggi lembaga serta aktor Raffi Ahmad sebagai perwakilan milenial, telah mendapatkan suntikan vaksin pertama tersebut.

Sayangnya, sebagian masyarakat menganggap situasi akan menjadi lebih aman karena kehadiran vaksinasi, termasuk menganggap protokol kesehatan dapat perlahan dilonggarkan.

Lalu, muncul pertanyaan, apakah kumpul-kumpul setelah divaksin diperbolehkan?

Para pakar melalui The New York Times, misalnya, mengingatkan bahwa ketika sebagian orang divaksin dan banyak orang lainnya belum mendapatkan vaksinasi, keadaan belum banyak berubah.

Artinya, kita tentu tidak dianjurkan untuk kumpul-kumpul meski sudah divaksin atau pun melonggarkan protokol kesehatan lainnya, seperti memakai masker dan mencuci tangan.

Hal itu penting untuk kesehatan dirinya sendiri dan orang lain.

Para ilmuwan kini masih meneliti apakah orang yang sudah divaksinasi masih dapat menyebarkan virus kepada orang lain atau tidak.

Meski data awalnya menjanjikan, namun vaksin juga tidak bisa sepenuhnya mencegah penularan.

Jika Anda masih bertanya-tanya mengapa seseorang yang divaksinasi tidak diperbolehkan kumpul-kumpul, berikut penjelasannya:

1. Vaksin tidak memberikan kekebalan instan
Menurut ABCNews, vaksinasi tidak memberikan kekebalan instan.

Vaksin Pfizer/BioNTech dan Moderna, misalnya, membutuhkan dua dosis yang diberikan dalam jangka waktu dua pekan.

Begitu pula dengan Sinovac, vaksin yang telah didistribusikan di Indonesia sekaligus disuntikan untuk Presiden Jokowi, juga diberikan dalam dua dosis.

Bergantung pada vaksinnya, diperlukan waktu 4-6 minggu dari pemberian dosis awal untuk mencapai tingkat kekebalan dan perlindungan yang sebanding dengan yang ada dalam uji klinis.

Selama periode tersebut, seseorang yang divaksin masih mungkin tertular infeksi dan jatuh sakit.

Sementara itu, ahli virus yang mengembangkan terapi antibodi monoklonal untuk Covid-19 di Universitas Columbia, Dr. David Ho juga mengatakan bahwa efektivitas perlindungan vaksin tidak terbentuk secara instan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com