Untuk kondisi pernapasan seperti asma, sinusitis, bronkitis, pilek dan flu, minyak eucalyptus sering digunakan sebagai inhalasi.
Umumnya, melalui nebulizer atau vaporizer di mana minyak diencerkan dalam uap air.
Kadang-kadang, minyak ini digunakan sebagai krim atau salep yang digosokkan ke dada untuk memberikan tindakan terapeutik melalui kombinasi inhalasi dan penetrasi minyak melalui kulit.
Selain itu, eucalyptus dapat dijadikan lozenges alias permen pelega tenggorokan atau bahan-bahan di dalam obat batuk dalam jumlah yang kecil.
Anti-bakteri
Dikenal sebagai antibakteri, eucalyptus sering dimasukkan ke dalam produk obat kumur guna membantu membunuh bakteri yang menyebabkan plak, gingivitis, dan bau mulut.
Minyak eucalyptus juga dapat ditambahkan ke tempat cucian untuk membunuh tungau dan debu dalam seprai, mendisinfeksi pakaian, serta membiarkan cucian berbau segar.
Sebuah penelitian menunjukkan, salep yang mengandung eucalyptus dan zat antimikroba lainnya bermanfaat dalam pengobatan infeksi akibat jamur pada kuku kaki.
Baca juga: Selain Menghangatkan, Ini 7 Manfaat Minyak Kayu Putih
Meskipun sangat bermanfaat, minyak eucalyptus ternyata tidak cocok untuk bayi, anak-anak, wanita hamil atau menyusui.
Minya ini juga tak cocok untuk orang yang alergi terhadap tanaman eucalyptus.
Penggunaan minyak eucalyptus juga disarankan harus ekstra hati-hati karena dapat mengiritasi mata, selaput lendir atau mukosa, dan kulit.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan