KOMPAS.com - Kebaya, salah satu busana perempuan Indonesia, ternyata sudah disebut oleh Stamford Raffles sejak tahun 1817. Kebaya dikenal sebagai blus bukaan depan dengan bahan renda, brokat, dan velvet.
Sampai sekarang, kebaya masih ada dan tidak punah. Warisan budaya ini akan tetap lestari selama masyarakat masih menganggapnya relevan.
Meski demikian, masih banyak masyarakat yang belum mengenal sejarah kebaya karena busana nasional ini seringkali muncul setahun sekali, yaitu pada peringatan Hari Kartini atau di acara pernikahan.
Untuk memperkaya khasanah tentang sejarah dan perjalanan kebaya lintas generasi, termasuk cara padu padannya, desainer Didiet Maulana meluncurkan buku Kisah Kebaya.
Sepanjang kariernya Didiet banyak menciptakan rancangan busana dan wastra tradisional Indonesia yang elegan dan cantik.
Baca juga: Didiet Maulana Luncurkan Wadah Khusus untuk Berbagi Cerita
Didiet mengaku sudah mengenal kebaya sejak kecil.
"Nenek saya adalah inspirasi saya dalam mempelajari kebaya," kata Didiet dalam konferensi pers peluncuran buku "Kisah Kebaya" yang diselenggarakan virtual pada Senin (18/1/2021).
Tidak cukup hanya mengagumi kebaya, ia pun berusaha menggali lebih dalam tentang sejarah busana ini.
Setelah melakukan riset dan pengerjaan bertahun-tahun, pengetahuan yang didapat mengenai kebaya Indonesia ia tuangkan ke dalam buku bertajuk "Kisah Kebaya".
"Pada tahun 2012 saya mendapatkan dokumen seputar kebaya. Sayang kalau dokumen itu saya serap sendiri," ujarnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.