Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesehatan Usus yang Buruk Tingkatkan Risiko Covid-19 Berat

Kompas.com - 25/01/2021, 11:32 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Fatherly

KOMPAS.com— Sejak awal pandemi covid-19 para ilmuwan mulai menyadari bahwa kondisi kesehatan seseorang sangat memengaruhi parah atau ringannya gejala ketika terinfeksi virus SARS-Cov2.

Orang yang obesitas atau mereka yang menderita diabetes tipe-2 berisiko lebih tinggi terkena Covid-19 dengan gejala parah. Selain itu, bukti terbaru menunjukkan bahwa usus yang tidak sehat juga dapat meningkatkan risiko gejala parah saat terinfeksi Covid-19.

Secara khusus, mikrobiota usus yang tidak seimbang dapat menyebabkan gejala yang lebih buruk, dan perubahan mikrobiota akan menyebabkan gejala berlangsung lebih lama.

Usus mengandung lebih dari 1.000 spesies bakteri, beberapa di antaranya membantu pencernaan dan membuat kita tetap sehat, dan lainnya bersifat patogen dan bisa membuat kita sakit.

Baca juga: Bersihkan Usus Besar dengan 7 Makanan Ini

Menurut sebuah studi baru, sebuah studi baru yang telah dipublikasikan di jurnal Gut menunjukkan, bakteri di usus kemungkinan berperan dalam tingkat keparahan infeksi Covid-19 dan kekuatan respons sistem kekebalan.

Tidak hanya itu, menurut para peneliti, ketidakseimbangan dalam mikrobiota dapat menyebabkan gejala peradangan lanjutan, yang sering disebut long Covid.

 

Peneliti menganalisis sampel darah dan feses dari 100 pasien Covid-19 dan menemukan bahwa rangkaian mikrobiota usus antara orang yang bergejala ringan, sedang, parah, dan kritis berbeda.

Dibandingkan dengan sampel yang diambil pra-pandemi, sampel dari pasien covid-19 mengandung lebih banyak jenis bakteri tertentu dan lebih sedikit yang lain.

“Pasien covid kekurangan bakteri baik tertentu yang diketahui mengatur sistem kekebalan kita,” kata Siew Ng, ahli mikrobiota usus di Universitas Cina Hong Kong.

Baca juga: Rumah Sakit Penuh, RSD Wisma Atlet Pun Harus Antre untuk Rujuk Pasien Covid-19 Gejala Berat

Studi tersebut tidak membuktikan apakah mikrobiota yang tidak seimbang, yang disebut disbiosis, menyebabkan Covid-19 yang lebih parah atau apakah itu akibat dari infeksi.

Namun, ditemukan bahwa orang dengan Covid-19 yang lebih parah dan mikrobiota yang cocok juga mengalami peradangan.

Tim Ng mencurigai bahwa tingkat bakteri "baik" yang rendah dapat berkontribusi pada seberapa sakit seseorang dengan Covid-19 karena bagaimana usus memengaruhi respons kekebalan.

Perubahan jangka panjang pada mikrobioma dapat menjelaskan mengapa beberapa orang terus mengalami gejala selama berbulan-bulan setelah terinfeksi atau sering disebut long Covid.

Bahkan, menurut tinjauan studi terbaru mikrobiota yang tidak seimbang dapat menyebabkan usus bocor, yang dapat menyebabkan masalah tambahan dengan Covid-19.

Baca juga: Satgas: Angka Kematian Pasien Covid-19 dengan Komorbid dan Lansia Capai 80-85 Persen

Lapisan lambung dan usus seharusnya kuat untuk mencegah kebocoran isinya ke bagian tubuh lain. Tetapi terkadang karena berbagai faktor, termasuk mikrobiota yang tidak seimbang, dapat membuat lapisannya bocor.

Pada seseorang dengan Covid-19, virus corona dapat lolos dan mencapai aliran darah.  Dari sana, virus dapat menyebar ke organ lain, mengganggu fungsinya dan menyebabkan gejala tambahan.

Teori ini belum terbukti, tetapi dapat membantu menjelaskan mengapa orang dengan mikrobiota usus yang tidak seimbang memiliki gejala covid-19 yang lebih parah.

Kabar baiknya adalah mudah untuk mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kesehatan usus dengan makan lebih banyak serat.

Probiotik juga dapat membantu. Tim Ng saat ini sedang menguji probiotik untuk meringankan gejala orang dengan covid-19, dan hasil awal menunjukkan bahwa pengujian ini menunjukkan hasil yang positif.

Baca juga: Buah Pisang Bisa Jadi Sumber Asupan Serat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Fatherly
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com