KOMPAS.com – Meski termasuk dalam zat gizi mikro, namun kekurangan zat besi dapat berpengaruh besar pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Salah satunya adalah gangguan konsentrasi belajar.
Ahli gizi ibu dan anak, Prof.Dr.drg.Sandra Fikawati, MPH, yang akrab disapa Fika, mengatakan jutaan anak mengalami pertumbuhan terhambat, keterlambatan kognitif, kekebalan yang lemah, dan penyakit akibat defisiensi zat besi.
“Padahal anak usia prasekolah butuh dukungan lingkungan yang baik, terutama dukungan gizi seimbang. Jika orangtua tidak waspada, dampaknya akan diketahui saat sudah terlambat,” katanya dalam acara media diskusi terkait Hari Gizi Nasional yang diadakan oleh Danone Specialized Nutrition, Senin 25 Januari 2021.
Ia menjelaskan, zat besi adalah unsur utama dalam hemoglobin (Hb) yang berfungsi mengantarkan oksigen dari paru ke seluruh tubuh. Defisiensi zat besi membuat konsentrasi Hb dalam darah rendah sehingga pasokan untuk sel-sel tubuh berkurang.
Baca juga: Orangtua, Ketahui Lamanya Konsentrasi Belajar Anak Sesuai Usia
Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi balita anemia di Indonesia terus meningkat, dari 28,1 persen di tahun 2013 menjadi 38,5 persen di tahun 2018.
“Anemia defisiensi zat besi ini memang rentan dialami anak, terutama di akhir masa bayi dan awal masa kanak-kanak,” ujar dosen di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini.
Penyebab tertinggi kekurangan zat besi pada balita di Indonesia, lanjut Fika, adalah kurangnya asupan zat besi dari makanan ibu saat hamil atau kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi anak.
“Untuk itu setelah mendapat makanan pendamping ASI harus mendapat makanan sumber zat besi, terutama protein hewani seperti daging, ikan, unggas, atau susu,” paparnya.
Baca juga: Awas, Anak Remaja Gampang Capek dan Ngantuk Saat Belajar Mungkin Akibat Anemia
Dokumen WHO menyatakan, ada bukti kuat bahwa kekurangan zat besi terlihat secara meyakinkan menunda perkembangan psikomotor dan mengganggu kinerja kognitif anak prasekolah dan anak usia sekolah di Mesir, India, Indonesia, Thailand, dan Amerika Serikat.
Diperkirakan 30-80 persen anak di negara berkembang, mengalami kekurangan zat besi pada usia 1 tahun.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.