Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Perilaku Keliru Anak-anak yang Tak Boleh Diabaikan

Kompas.com - 25/01/2021, 22:44 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Fatherly

KOMPAS.com - Mengasuh anak-anak secara efektif tidaklah mudah. Ada saatnya di mana mereka memiliki perilaku yang berpotensi mengganggu, bahkan membuat kita panik.

Misalnya, menolak untuk menyikat gigi sebelum tidur atau lambat memakai sepatu ketika hendak pergi ke luar rumah.

Masalah perilaku ini mungkin tidak membahayakan sekarang. Tetapi, kebiasaan yang kurang baik itu akan menghambat perkembangan dan kesejahteraan anak-anak.

Oleh sebab itu, untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana menanganinya, simak delapan masalah perilaku sederhana anak-anak yang tidak boleh diabaikan berikut ini.

1. Melebih-lebihkan cerita atau berbohong

Anak-anak bisa saja mengungkapkan cerita yang dilebih-lebihkan untuk menjelaskan sesuatu yang mereka alami.

Hal tersebut biasanya dilakukan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, atau pergi dari sesuatu yang mereka tidak ingin, atau untuk menghindari hukuman.

Anak-anak juga berbohong sebagai cara untuk mengeksplorasi sebab dan akibat. Mereka mungkin penasaran untuk melihat apa yang terjadi ketika memutar cerita.

Menurut seorang manajer layanan di Kinderhey Centers, Tauny Banta, penting bagi orangtua bertindak dan  membantu anak-anak mengembangkan kebiasaan untuk berkata jujur.

Selain tidak pantas secara sosial, berbohong dapat membuat anak-anak tumbuh tanpa memahami makna dari konsekuensi dan hal tersebut menempatkan mereka dalam bahaya.

Banta menyarankan kita supaya memahami motivasi anak-anak. Kita juga harus memberikan pengertian, bahwa kebohongan akan memiliki dampak yang harus diterima.

Baca juga: 5 Tanda Anak Berbohong pada Orangtua

2. Menginterupsi

Banyak orangtua yang membiarkan anak menginterupsi karena rasa sayang atau merasa kasihan. Tetapi, kebiasaan memotong pembicaraan dapat berdampak negatif.

Banta mengatakan, orangtua perlu memberitahu anak bahwa interupsi adalah sesuatu yang mengganggu dan mengajarkan bagaimana caranya untuk menunggu.

Berikanlah contoh saat melakukan percakapan dengan anak. Misalnya, jika anak sedang menceritakan kisah yang bertele-tele, usahakan jangan menyelanya.

Tetapi, jika kita sudah terlanjur melakukannya, segeralah meminta maaf.

Banta juga menyarankan kita untuk mengajarkan anak-anak bagaimana dengan hormat menginterupsi pembicaraan seseorang dengan mengatakan permisi.

Jangan lupa untuk memberi pujian ketika kita melihat mereka berlatih keterampilan baru.

Baca juga: 3 Tips untuk Hilangkan Kebiasaan Buruk pada Anak

3. Perhatian yang berbeda

Dalam keluarga dengan lebih dari satu anak, dinamika anak yang keras kepala dengan anak yang patuh dapat muncul.

Anak-anak yang keras kepala sering kali mendapatkan perhatian paling besar berdasarkan sifat perilaku mereka.

Sementara itu, anak yang patuh adalah individu yang diharapkan untuk selalu mengikuti aturan di dalam keluarga.

Halaman:
Sumber Fatherly
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com