Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gangguan Pendengaran Bisa Bikin Anak Telat Bicara, Kenali Tanda-tandanya

Kompas.com - 28/01/2021, 19:37 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Ada beberapa kemungkinan penyebab anak mengalami keterlambatan bicara (speech delay), termasuk salah satunya adalah gangguan pendengaran.

Masuk akal rasanya jika kemampuan membentuk kata-kata dari anak yang mengalami gangguan pendengaran terganggu. Sebab, mereka kesulitan mendengar ucapan orang lain.

Sayangnya, orangtua mungkin pada awalnya tidak menyadari ini hingga suatu waktu melihat anak lebih sering terlihat responsif terhadap isyarat daripada ucapan orangtuanya.

Adapun gangguan ini sebetulnya sudah dapat terlihat sejak usia yang sangat dinj.

"Gangguan pendengaran akan mengakibatkan gangguan perkembangan fungsi yang lain, salah satunya terlambat bicara pada bayi," ungkap Spesialis THT dr. Benny Hidayat, SpTHT, melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Baca juga: Cegah Masalah Tumbuh Kembang Bayi dengan Rutin Periksa ke Faskes

Benny menjelaskan, proses pendengaran terbentuk sejak bayi masih dalam kandungan berusia 9 minggu yang ditandai dengan adanya gendang telinga, hingga usia kandungan 20 minggu yang ditandai dengan adanya rumah siput.

Kemampuan pendengaran normal adalah modal penting bagi setiap anak agar dapat berkomunikasi dengan baik di lingkungannya.

Meski gangguan pendengaran sulit terlihat, namun orangtua dapat mewaspadai beberapa tanda sebagai berikut:

  • Pada usia 0 hingga 3 bulan tidak mampu merespon rangsangan suara.
  • Pada usia 4 hingga 7 bulan bayi tidak menoleh saat dipanggil.
  • Pada usia 10 bulan bayi tidak bisa mengulang kata-kata yang diajarkan orang tua.
  • Pada usia 12 bulan bayi tidak bisa mengucapkan kata yang mempunyai makna.

Baca juga: Terlalu Dini Kenalkan Gadget, Salah Satu Penyebab Anak Telat Bicara

Setidaknya, ada dua metode pemeriksaan yang bisa dipilih oleh orangtua untuk mendeteksi dini gangguan pendengaran pada bayi, antara lain.

1. Emisi otoakustik (OAE)
OAE merupakan respons rumah siput (koklea) di telinga yang dihasilkan oleh sel-sel rambut luar dan dipancarkan dalam bentuk energi akustik.

Teknologi ini memungkinkan deteksi dini ketulian bahkan sejak bayi baru berusia dua hari.

2. Brain Evoked Response Auditory (BERA)
Pemeriksaan ini juga dikenal sebagai Auditory Brainstem Response (ABR), yang merupakan pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi saraf VIII (N. auditorius).

Benny menjelaskan, pemeriksaan ini merekam potensial listrik yang dikeluarkan sel koklea selama menempuh perjalanan mulai dari telinga dalam hingga ke inti-inti tertentu di bidang otak.

BERA umumnya dilakukan pada bayi dengan faktor risiko, seperti anak yang terlambat bicara, anak dengan gangguan sifat dan tingkah laku (autisme) dan bayi atau anak dengan cacat ganda (sindroma).

"BERA juga dilakukan untuk membantu memperkirakan jenis ketulian, menentukan prediksi ambang dengar, dan membantu menentukan letak lesi di sepanjang serabut pendengaran sampai batang otak," ungkap dokter yang berpraktik di Eka Hospital Pekanbaru itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com