Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/01/2021, 06:30 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meski vaksinasi sudah mulai berjalan di beberapa negara, bukan berarti kita bisa bebas bersosialisasi dengan teman-teman tanpa menerapkan protokol kesehatan.

Belakangan ini, banyak sekali kasus orang yang terinfeksi Covid-19 karena berkerumun dan mengabaikan anjuran untuk menjaga jarak sosial.

Menurut psikolog klinis, Dr Carla Marie Manly, ada beberapa alasan mengapa beberapa orang mengalami kesulitan dengan aturan jarak sosial semacam itu. 

Baca juga: Topi China Kuno sejak Dulu Dirancang untuk Jarak Sosial, Benarkah?

Pertama, mereka mungkin marah dan bingung atas kurangnya konsistensi, serta persyaratan yang dapat diandalkan mengenai jarak sosial.

Sementara itu, beberapa orang juga merasa, aturan tersebut bisa menjadi pelanggaran pada hak-hak pribadi mereka.

"Jadi ketika kita menampilkan pandangan yang berlawanan tentang aturan tersebut, kita bisa terpolarisasi dan seolah-olah menciptakan dinamika yang menghakimi," kata dia.

Perbedaan pendapat tentang aturan menjaga jarak sosial juga dapat mendorong terjadinya argumen dan emosi yang tinggi.

Lantas, bagaimana kita dapat menetapkan batas jarak sosial dengan teman-teman tanpa masuk ke argumen yang membuat suasana menjadi tegang?

Baca juga: Lari di Luar Ruangan, Jangan Lupa Terapkan Aturan Jaga Jarak

Nah, berikut ini ada beberapa cara untuk menetapkan batasan dengan teman-teman yang tidak mau menjaga jarak sosial di masa pandemi Covid-19.

1. Tentukan batasan 

Sebelum membuat rencana untuk bertemu dengan teman-teman, pastikan kita sudah menentukan batasan jarak sosial kita sendiri.

Sehingga, kita 100 persen menyadari apa yang kita ingin izinkan dan tidak diizinkan terkait jarak sosial.

"Kita semua belajar bagaimana menavigasi keadaan ini, dan kita semua memiliki model yang berbeda tentang berapa banyak atau sedikit yang kita patuhi dengan pedoman jarak sosial," kata psikolog, Dr Sheryl Ziegler.

Ketika kita menyadari keinginan dan kebutuhan sendiri, kita cenderung sulit untuk masuk ke suatu argumen yang membuat kita tidak nyaman.

"Peningkatan kesadaran ini dapat digunakan tanpa harus menghakimi, namun tetap protektif," imbuh dr Manly.

2. Bicarakan melalui telepon

Meskipun mungkin sulit untuk menghabiskan waktu dengan teman-teman yang memiliki perspektif yang berbeda, bukan berarti kita tidak dapat mencoba untuk membuat semuanya bekerja dengan baik.

Menurut dr Ziegler, membicarakan rencana kita melalui telepon dapat dilakukan untuk mencegah kesalahpahaman yang terjadi ketika bertemu langsung.

"Selama percakapan ini, jelaskan perspektif kita dengan cara yang penuh kasih sayang," saran dia.

"Mengomunikasikan pandangan dengan jelas adalah hal terbaik yang dapat dilakukan, guna memastikan semua orang berada di pandangan yang sama ketika membuat aturan dasar," sambung dia.

Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan memberi tahu kebutuhan kita terhadap aturan ini adalah dengan menunjukkan empati dan kasih sayang daripada berdebat atau menyalahkan teman-teman.

Kita semua memiliki tingkat kenyamanan yang bervariasi, tetapi ketika kita tidak setuju dengan pendapat teman sebaiknya bicarakan hal tersebut dengan belas kasih dan saling mendukung.

3. Fokus pada kenyamanan sendiri

Ketika teman-teman kita memiliki perspektif yang berbeda, mungkin sulit untuk menemukan kesamaan.

Tetapi alih-alih menjelaskan bagaimana tindakan mereka akan memengaruhi kesehatan, cobalah hanya berfokus pada alasan mengapa kita tidak ingin terlibat dalam kegiatan tertentu selama pandemi.

"Selama masa pandemi ini, kita bisa mengatakan sesuatu yang masuk akal seperti kekhawatiran kita bisa menjadi pembawa dan tidak ingin menularkan pada keluarga," ujar dia.

Baca juga: Pakai Masker Bikin Kita Otomatis Jaga Jarak, Apa Alasannya?

"Dengan mengatakan ini, kita memikul tanggung jawab dan tidak akan membuat orang lain merasa defensif," kata dia lagi.

4. Jangan bandingkan diri dengan orang lain

Sangat mudah untuk mempertanyakan nilai-nilai dan kebutuhan, ketika kita merasa seperti orang lain melakukan hal-hal yang tidak akan kita lakukan.

Tetapi ingat, hanya karena orang lain memiliki perspektif yang berbeda tentang bagaimana hal-hal harus terungkap selama pandemi, tidak berarti batas-batas yang kita lakukan itu salah.

Menurut dr Ziegler, semua orang memiliki referensi bimbingan dan saran yang berbeda-beda.

Ketika teman-teman kita memiliki pendekatan yang berbeda, mereka mungkin merasa divalidasi oleh sumber tersebut.

Pada akhirnya, kita sendiri yang dapat menentukan pendekatan terbaik bagi diri kita untuk hidup melewati pandemi ini.

"Berusahalah untuk tidak membandingkan kebutuhan dan batasan kita dengan standar orang lain," ujar dia.

5. Tetap berpegang pada pendirian

Mungkin kita bisa frustrasi jika ada seorang teman yang tidak setuju dengan sudut pandang kita.

Namun, itu tidak berarti kita harus mempermalukan atau memaksa mereka untuk mendengarkan kita.

Yang harus dilakukan adalah fokus pada apa yang dapat kita kontrol daripada apa yang tidak bisa kita lakukan, terutama ketika pergi bersama dengan teman secara langsung.

"Kita dapat menetapkan batasan dengan berdiri terpisah dari teman dan mengatakan, bahwa kita telah menentukan tingkat kenyamanan sendiri," saran dr Ziegler.

"Kita dapat menjelaskan, kalau kita memahami pilihan setiap orang yang berbeda dan memiliki posisi yang berbeda. Tetapi kita tetap berpegang pada pendirian," imbuh dia.

Baca juga: Jaga Jarak dengan Orang, Wanita Ini Pakai Topi Selebar 1 Meter

Bahkan, jika kita telah membahas batasan dengan teman-teman, ada kemungkinan mereka mungkin masih menekan kita untuk tidak mengikuti aturan tersebut.

"Sering kali, sulit untuk berpendirian teguh ketika orang memberikan tekanan psikologis, terutama saat mereka merasa dikecewakan oleh kita," kata dr Manly.

Apabila kita merasa tertekan, ingatlah kita tidak perlu melakukan apa pun yang membuat kita merasa tidak nyaman untuk melakukannya.

"Jika orang lain mencoba melibatkan kita dalam perilaku yang toxic, berpeganglah pada pendirian kita dan tetap melakukan apa yang terbaik untuk kita," tambah dia.

6. Pergilah jika terlibat emosi

Jika selama percakapan terkait batasan muncul emosi yang meninggi, sebaiknya berhenti sejenak dan merefleksikan diri.

Manly mengatakan, ketika kita memiliki keterampilan komunikasi yang positif, kesadaran diri yang sehat, dan perawatan diri yang baik, semakin kecil kemungkinan kita terlibat pada konflik.

"Tetapi jika ada hal-hal yang tidak terkendali, kita sebaiknya berjalan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata," ungkap dia.

Baca juga: Demi Jaga Jarak, Pub Ini Pasang Pagar Listrik untuk Pengunjung

Namun, dia melanjutkan, ketika kita memilih untuk tidak memberi makan negativitas, perdamaian pada akhirnya akan tumbuh dengan sendirinya.

7. Keluar jika merasa tidak nyaman

Jika kita mulai merasa cemas saat berpergian dengan teman-teman tanpa menerapkan jarak sosial yang aman, sebaiknya kita memutuskan untuk tidak melanjutkannya lagi.

Ungkapkan pada teman-teman, bahwa kita sangat berhati-hati, jadi kita akan memilih keluar dari pertemuan yang terasa tidak aman.

Mungkin, kita bisa mengalihkan pertemuan secara virtual tanpa mengurangi rasa peduli kita pada teman-teman.

"Kita mungkin memutuskan untuk menyesuaikan standar, tetapi jangan pernah melakukannya dengan cara yang terasa tidak aman," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com