Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gratis, 6 "Obat Mujarab" untuk Hidup Lebih Sehat, Sudah Coba?

Kompas.com - 29/01/2021, 07:30 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Sumber ,ecowatch.com

KOMPAS.com - Banyak orang mengalami kondisi stres, kurang tidur, dan kelebihan berat badan.

Belum lagi penyakit yang muncul karena gaya hidup, yang sebagian besar dapat dicegah. Misalnya penyakit jantung, kanker, stroke, dan diabetes.

Kelebihan berat badan atau obesitas berkontribusi pada 50 persen orang dewasa yang menderita tekanan darah tinggi, 10 persen diabetes dan tambahan 35 persen dengan pra diabetes.

Baca juga: Anak-anak Bisa Idap Diabetes, Ini yang Perlu Orangtua Tahu

Kendati begitu, sesungguhnya ada "obat-obatan gaya hidup", yang dapat "diresepkan" gratis oleh dokter untuk semua pasiennya.

Pengobatan gaya hidup tersebut adalah aplikasi klinis dari perilaku sehat untuk mencegah, mengobati, dan menyembuhkan penyakit.

Ada enam "obat mujarab" yang bisa dipakai untuk mengatasi semua permasalahan itu, yakni menyantap makanan nabati non olahan, aktivitas fisik teratur, dan tidur restoratif.

Lalu manajemen stres, mengurangi atau bahkan menghapus kecanduan, dan selalu bersikap positif dari sisi psikologi dan hubungan sosial.

Pandangan ini diuraikan oleh Yoram Vodovotz, Profesor bedah di Universitas Pittsburgh, dan Michael Parkinson, Direktur Medis Senior untuk Kesehatan dan Produktivitas di UPMC Health Plan & Workpartners, Universitas Pittsburgh.

Mari kita urai satu per satu keenam "obat mujarab" tersebut.

1. Makanan nabati non olahan

Diet kaya buah-buahan, sayuran, dan biji-bijianm serta lebih rendah produk hewani dan makanan olahan dikaitkan dengan pencegahan banyak penyakit.

Diet ini juga meningkatkan kesehatan dan bahkan membalikkan penyakit kardiovaskular, metabolik, otak, hormonal, ginjal dan autoimun umum, serta pengurangan risiko kanker hingga 35 persen.

2. Aktivitas Fisik yang teratur

Aktivitas fisik aerobik sedang hingga tinggi setiap hari memiliki manfaat kesehatan langsung dan jangka panjang.

Baca juga: Diet Nabati Vs Diet Keto, Mana yang Lebih Cepat Turunkan Berat Badan?

Misalnya, mengapa kita menua dan tingkat di mana kita menua -usia kronologis versus usia biologis, ditentukan oleh beberapa proses molekuler yang secara langsung dipengaruhi oleh aktivitas fisik.

Dan, sekarang para ilmuwan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang perubahan seluler dan molekuler yang disebabkan oleh olahraga untuk mengurangi risiko penyakit.

Prioritas penelitian untuk ilmuwan dan dokter termasuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang jenis, intensitas dan frekuensi aktivitas.

Juga, wawasan yang lebih baik tentang perubahan molekuler dan seluler yang terjadi dengan olahraga.

3. Tidur restoratif

Tidur membantu sel, organ, dan seluruh tubuh berfungsi lebih baik.

Tidur teratur tanpa gangguan selama tujuh jam per malam untuk orang dewasa, 8-10 jam untuk remaja, dan 10 jam atau lebih untuk anak-anak diperlukan untuk kesehatan.

Meskipun belum banyak dipelajari, terdapat bukti bahwa kualitas tidur yang tinggi dapat mengurangi peradangan dan disfungsi kekebalan.

Kualitas tidur pun berpengaruh pada stres oksidatif, yang semuanya terkait dengan pemicu penyakit kronis.

Baca juga: 6 Aroma Ini Bantu Atasi Susah Tidur di Malam Hari

Oleh karena itu, penelitian tentang mekanisme biologis yang mendasari sifat restoratif dari tidur dapat mengarah pada pilihan bijak yang menyelaraskan pola tidur alami dengan tuntutan kehidupan sehari-hari.

4. Manajemen stres

Meskipun beberapa stres ada yang bermanfaat bagi hidup, tapi -tentu saja, stres yang berkepanjangan atau ekstrem dapat membebani otak dan tubuh.

Stres kronis meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, penyakit iritasi usus besar, obesitas, depresi, asma, artritis, penyakit autoimun, penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes, gangguan neurologis, dan obesitas.

Salah satu mekanisme paling ampuh untuk mengurangi stres dan meningkatkan ketahanan adalah dengan memunculkan respons relaksasi.

Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan terapi pikiran-tubuh, dan terapi perilaku kognitif.

Memang, masih giperlukan lebih banyak penelitian untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana terapi ini bekerja untuk kesehatan.

Baca juga: Jalan-jalan ke Alam Terbuka Ampuh Hilangkan Stres

5. Mengurangi dan menghapus ketergantungan 

Faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan kerap memicu peningkatan penyalahgunaan obat secara umum.

Banyak dokter dan peneliti yang mulai mengupas aspek fisiologi dan psikologi yang mendasari terjadinya kecanduan semacam ini.

Namun stigma yang terus berlanjut, dan akses pemulihan yang terbatas menyebabkan persoalan ini tetap menjadi masalah. 

Sehingga, tentu saja kesadaran dari kita untuk mengendalikan apa yang terjadi pada tubuh dan kebiasaan hidup kita menjadi sangat penting.

6. Aspek psikologis dan hubungan sosial 

Mempertahankan pola pikir positif dengan selalu mengucap syukur dan member maaf memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan psikologis.

Selanjutnya, kebiasaan ini diyakini bakal membawa pelakunya mendapatkan manfaat kesehatan fisik.

Konektivitas sosial, yaitu kuantitas dan kualitas hubungan kita, mungkin menjadi hal yang mendatangkan manfaat paling besar. 

Sebaliknya, isolasi sosial - seperti hidup sendiri, memiliki jaringan sosial kecil, berpartisipasi dalam sedikit aktivitas sosial, dan merasa kesepian, berdampak pada mortalitas yang lebih besar.

Baca juga: Pasien Diabetes Tetap Boleh Makan Nasi Putih, asalkan...

Kondisi tesebut pun berpengaruh besar pada menurunnya sistem kekebalan, memicu depresi, dan penurunan fungsi kognitif.

Penerapan obat-obatan berbasis gaya hidup ini menjadi sangat penting, karena gaya hidup yang tidak sehat yang menyebabkan pandemi penyakit kronis, yang dapat dicegah yang kini diperburuk dengan Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber ,ecowatch.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com