Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/02/2021, 19:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com – Kanker merupakan penyakit yang sulit disembuhkan dan biaya pengobatannya besar. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak. Deteksi dini merupakan langkah untuk meningkatkan peluang kesembuhan.

Menurut WHO, kanker adalah penyebab utama kematian bagi anak-anak dan remaja di seluruh dunia, di mana sekitar 300.000 anak berusia 0 hingga 19 tahun didiagnosis menderita kanker setiap tahun.

Di Indonesia, diperkirakan ada 14.000 pasien kanker anak setiap tahunnya. Dengan jumlah kasus terbanyak adalah kanker darah atau leukemia. Jenis kanker lain yang juga sering menyerang anak-anak adalah retinoblastoma, osteosarcoma, dan neuroblastoma.

Berbeda dengan kanker pada orang dewasa, kanker pada anak lebih sulit dideteksi karena anak-anak pada umumnya belum mampu mengemukakan apa yang dirasakan. Karenanya peran orangtua sangat penting.

Baca juga: Kendala Layanan Kanker Anak saat Pandemi

“Idealnya orangtua yang paling bertanggung jawab melihat sekecil apa pun perubahan atau kelainan, sehingga gejala awal kanker bisa diketahui,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementrian Kesehatan RI, Dr.Cut Putri Arianie, dalam acara webinar yang diadakan oleh Yayasan Onkologi Anak Indonesia (30/1).

Baik orang tua maupun petugas kesehatan diharapkan dapat mendiagnosis kanker pada stadium awal sehingga dapat dilakukan penanganan lebih lanjut. Diagnosis dini meningkatkan kelangsungan hidup pada banyak jenis kanker.

Dijelaskan oleh dr.Endang Windiastuti Sp.A(K), gejala kanker pada anak tidak khas. Namun, orangtua harus waspada jika menemukan massa di rongga dada, rongga perut, atau pun wajah.

“Waspadai pembesaran kelenjar di leher, nyeri tulang dan sendi, sakit kepala, dan pucat tanpa sebab. Gejala lain adalah perdarahan, serta demam lama dan berulang,” kata dokter konsultan hematologi onkologi anak dari RSCM Jakarta, dalam acara yang sama.

Baca juga: Leukemia (Kanker Darah): Gejala, Penyebab, Jenis, Pengobatan

Endang mengatakan, demam yang hilang timbul, nyeri tulang, serta biru-biru di kulit tanpa ada riwayat terbentur, bisa dicurigai leukemia.

Selain itu, orangtua juga harus waspada jika menemukan bintik di mata seperti mata kucing, karena bisa jadi pertana retinoblastoma.

“Jika kanker ditemukan sejak dini dan diobati sesuai stadiumnya, harapan kesembuhan besar. Tetapi masalahnya pasien sering datang terlambat karena orangtua mencari pengobatan alternatif atau menghentikan pengobatan di tengah jalan,” paparnya.

Endang mengatakan, masalah lain adalah peningkatan jumlah pasien kanker yang tidak diikuti dengan penambahan fasilitas kesehatan untuk penanganan kanker.

Ilustrasi pasien SHUTTERSTOCK/sumroeng chinnapan Ilustrasi pasien

Dukungan psikososial

Memiliki anak penyandang kanker memang bukan hal yang mudah, karenanya orangtua sebaiknya tidak menutup diri.

“Carilah dukungan dari keluarga besar dan teman, serta hindari konflik di antara anggota keluarga,” saran Endang.

Penanganan kanker yang biasanya membutuhkan waktu lama juga akan memengaruhi perkembangan anak dan berdampak pada masalah emosi dan perilaku.

Baca juga: Kanker, Anak, dan Covid-19

Menurut psikiater anak, Prof.dr.Tjin Wiguna, Sp.KJ, masalah yang paling sering dihadapi anak adalah ketakutan dan kecemasan terhadap berbagai prosedur medis.

“Masalah kesehatan jiwa pada anak dengan kanker juga terkait dengan ketidakmampuan mengikuti sekolah atau absen lama karena bolak balik dirawat di rumah sakit, dan tidak bisa mengikuti kegiatan anak-anak lainnya. Mereka juga merasa berbeda dengan anak lain, dan ini memengaruhi self-esteem,” ujar Tjin.

Ia menekankan pentingnya dukungan psikososial bagi pasien kanker dan keluarga.

“Mengikuti komunitas kanker akan sangat berguna bagi anak agar bisa menerima kondisinya. Selain itu, penerimaan dari orangtua akan kondisi anak juga berdampak besar pada proses pengobatan,” katanya.

Sementara itu, untuk pencegahan kanker, selalu terapkan gaya hidup bersih dan sehat, menjaga pola makan sehat, menghindari asap rokok, serta menjaga agar berat badan tidak berlebihan.

Baca juga: Studi Ungkap Kanker Bisa Dicegah dengan Menurunkan Berat Badan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com