Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hanya di Rumah Memengaruhi Kesehatan Mental, Benarkah?

Kompas.com - 02/02/2021, 12:11 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan berpotensi memicu gangguan kesehatan mental. Hal ini diungkap para ahli di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Mei tahun lalu.

Berdasarkan studi terbaru, anjuran untuk tinggal di rumah demi mengurangi penyebaran virus corona memang berdampak buruk terhadap kesehatan mental seseorang.

Namun, dampaknya berkurang secara bertahap seiring waktu dan individu mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru.

Penelitian sebelumnya mengungkap, karantina dapat dikaitkan dengan peningkatan gejala kesehatan mental.

Temuan data dari bulan Maret 2020 memeriksa 24 studi, dan sebagian besar studi melaporkan karantina menyebabkan efek kesehatan mental negatif, termasuk gejala stres pasca-trauma, kebingungan, dan kemarahan.

Baca juga: Jurus Antimager Selama Karantina di Rumah

Efeknya cenderung berkurang

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Prof Dolores Albarracín, profesor psikologi dan Dr Bita Fayaz Farkhad, peneliti pascadoktoral di bidang psikologi, terungkap bahwa efek dari karantina di rumah ternyata makin lama makin kecil.

Dalam risetnya, kedua pakar dari University of Illinois di Urbana-Champaign Amerika itu mempelajari data Google Trends dari bulan Januari hingga Juni 2020.

Studi menemukan bahwa menganalisis Google Trends secara akurat dapat memprediksi tren terkait subjek seperti influenza, aktivitas ekonomi, dan bunuh diri.

Farkhad dan Albarracín memeriksa data terkait pengurangan risiko, istilah-istilah dalam kesehatan mental (isolasi, insomnia, dan antidepresan), dan istilah untuk aktivitas di rumah (Netflix, seks, resep, dan olahraga).

"Meskipun tindakan mengurangi risiko ternyata meningkatkan perasaan negatif terhadap isolasi atau kekhawatiran, namun efeknya sebagian besar  sementara," kata Farkhad.

Baca juga: Anak Hanya di Rumah Selama Pandemi, Apa Dampaknya bagi Tumbuh Kembang?

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

Sebuah makalah yang memeriksa data dari American Time Use Survey 2012-2013 memprediksi bahwa penerapan isolasi pada orang yang berstatus lajang akan mengurangi kebahagiaan mereka.

Lalu, studi yang dimuat ke dalam Journal of Public Economics menemukan peningkatan pencarian di Google untuk tema seperti "kebosanan", "kesepian", "khawatir", dan "kesedihan" selama pandemi Covid-19.

Namun, terjadi penurunan pencarian untuk tema "stres", "bunuh diri", dan "perceraian".

Baca juga: Orangtua Perlu Tahu, Rasa Bosan Pada Anak Tak Selalu Buruk

Secara signifikan, Farkhad dan Albarracín menemukan bahwa anjuran tinggal di rumah berkaitan dengan penurunan pencarian untuk istilah "antidepresan" dan "bunuh diri" di Google.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com