Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/02/2021, 19:22 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Melihat kondisi rumah yang berantakan bisa membuat kita jengkel, padahal kita sudah berusaha merapikan rumah sebaik mungkin.

Barang-barang yang tidak penting sudah dibuang, bahkan kita membatasi anggaran belanja untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Lalu, mengapa rumah masih tampak "kacau"?

Penelitian yang dilakukan para peneliti di Fisher College of Business di Ohio State University menemukan alasan di balik kondisi rumah yang berantakan.

Menurut penelitian tersebut, banyak orang sulit melepaskan barang-barang yang pernah menjadi bagian hidup mereka, kendati barang itu tidak dipakai lagi.

Oleh karena itu, memotret barang-barang yang memiliki nilai historis atau "sejarah" namun sudah tidak terpakai bisa menjadi solusi agar seseorang tidak merasa kehilangan jika barang tersebut akhirnya dibuang.

"Apa yang orang benar-benar tidak ingin merasa kehilangan adalah kenangan yang terkait dengan barang."

Begitu penjelasan co-author studi dan profesor pemasaran Rebecca Reczek, seperti dikutip EurekAlert!.

"Kami melihat orang-orang lebih rela menyerahkan harta benda mereka jika kami menawarkan cara untuk menjaga memori dan identitas barang yang terkait memori itu."

Baca juga: Banyak Barang Tak Terpakai di Rumah? Donasikan Saja

Banyak barang di rumah yang tidak ingin dibuang, namun pada dasarnya kita menyadari jika kita tidak akan pernah menggunakan barang itu lagi.

Contohnya, mainan mobil-mobilan atau boneka saat kita masih kecil, hasil karya menggambar yang kita buat di bangku sekolah dasar, dan lain sebagainya.

Co-author studi Karen Winterich, profesor pemasaran di Pennsylvania State University, mengatakan ia melakukan penelitian itu setelah menyadari bahwa dia menyimpan celana pendek basket yang sudah usang.

"Hanya karena itu (celana basket) mengingatkan saya pernah mengalahkan tim basket saingan utama di sekolah menengah pertama."

"Saya tidak ingin celana pendeknya, saya ingin memori tentang memenangkan pertandingan itu, dan itulah yang saya pikirkan ketika melihat celana pendek itu," jelasnya.

"Sebenarnya sebuah foto dapat dengan mudah menandai memori itu untuk saya, dan saya bisa menyumbangkan celana pendek basket agar orang lain dapat memakainya."

Dari pengalaman Winterich itulah, tim peneliti melakukan survei terhadap 797 mahasiswa Pennsylvania State University yang tinggal di enam asrama kampus.

Pada akhir semester musim gugur, peneliti mengiklankan program donasi sebelum masa liburan mahasiswa.

Ada dua kampanye berbeda, dan sebanyak 797 siswa mengikuti kedua kampanye tersebut.

Dalam kampanye pertama yang berupa pelestarian memori, terdapat tanda di kamar mandi asrama yang berbunyi "jangan menyimpan barang sentimental Anda. Simpan saja fotonya, lalu barangnya disumbangkan."

Sedangkan kampanye kedua adalah kampanye kontrol, di mana sebuah selebaran dicetak untuk mengingatkan mahasiswa. Pesannya adalah "jangan menyimpan barang sentimental Anda. Kumpulkan barangnya, lalu donasikan."

Ketika barang yang disumbangkan dihitung, para peneliti menemukan sebanyak 613 barang disumbangkan di ruang khusus kampanye pelestarian memori.

Sementara itu, jumlah barang sumbangan yang dikumpulkan di ruang khusus kampanye kontrol lebih sedikit, hanya 533 barang.

Penelitian ini dipublikasikan ke dalam Journal of Marketing.

Reczek beranggapan, hasil penelitian itu menunjukkan bahwa menghentikan kebiasaan menyimpan barang-barang lama yang memiliki nilai sentimental atau kenangan sebenarnya bisa dilakukan.

"Tidak terlalu mengejutkan bahwa kita dapat menjaga kenangan yang sama tetap hidup hanya dengan mengambil foto barang, tetapi ini bukanlah kebiasaan sehari-hari."

"Mengambil foto barang kenangan adalah sesuatu yang harus kita latih sendiri," kata Reczek.

Baca juga: Agar Lebih Tega Membuang Barang Tak Terpakai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com