KOMPAS.com - Sebagai salah satu bentuk diet yang populer beberapa tahun terakhir, diet intermiten atau puasa kerap dijadikan "senjata" banyak orang untuk menurunkan berat badan.
Pada dasarnya, diet intermiten tidak menjamin penurunan berat badan, namun membuat kita mengonsumsi kalori yang lebih sedikit, yang akhirnya membantu menurunkan berat badan.
Ada beberapa jenis diet intermiten, namun umumnya pelaku diet ini menerapkan tiga jadwal umum, yaitu diet selang-seling, diet seharian penuh, atau diet dengan menerapkan batasan waktu.
Baca juga: Diklaim Efektif Menurunkan Berat Badan, Ini 4 Metode Puasa Intermiten
Melanie Boehmer, ahli diet terdaftar di Lenox Hill Hospital, New York, Amerika menganjurkan diet intermiten dengan batasan waktu 16:8 bagi pemula.
Dengan format 16:8, artinya kita berpuasa selama 16 jam dan hanya makan di rentang waktu delapan jam dalam sehari.
Akan tetapi jika kita sudah menerapkan diet intermiten namun tidak kunjung melihat perubahan pada tubuh, bisa jadi kita merasa frustasi.
Apalagi, setelah mengukur berat badan di atas timbangan, dan menyadari berat badan kita hanya sedikit berkurang, atau bahkan tidak berkurang sama sekali.
Baca juga: Mengenal Intermittent Fasting, Pola Diet untuk Turunkan Berat Badan
Setidaknya, terdapat tiga alasan yang bisa menjelaskan mengapa kita gagal menurunkan berat badan setelah menjalani diet intermiten. Apa saja?
1. Mengonsumsi kalori terlalu banyak
Menurut Boehmer, kita sebaiknya menuliskan jurnal makanan sebelum memulai jenis diet apa pun.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.