Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/02/2021, 21:13 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Disfungsi ereksi merupakan mimpi buruk setiap pria. Jika tidak ditangani, keluhan disfungsi ereksi bisa mengganggu keharmonisan rumah tangga.

Meski begitu banyak pria yang tidak menyadari jika dirinya memiliki gangguan seksual ini.

Secara umum disfungsi ereksi bisa diartikan sebagai ketidakmampuan pria untuk mencapai ereksi atau mempertahankan ereksi dalam melakukan hubungan seks.

Menurut dr. Angie Novaldy Rahwanti Sp.U, durasi mempertahankan ereksi ini bervariasi.

“Ada durasi waktu dianggap minimal, yang normal rata-rata sekitar 10-15 menit bisa mempertahankan ereksinya,” kata dokter spesialis urologi dari Jakarta Men Clinic ini ketika dihubungi Kompas.com.

Baca juga: Gaya Hidup yang Sebabkan Pria Sulit Ereksi

Ia menjelaskan, sebagian pria menganggap tidak ada masalah seksual yang dialaminya karena bisa penisnya “bisa tegang” dan mencapai ejakulasi. Namun, mereka tidak sadar jika istrinya belum mencapai kepuasan.

“Kadang laki-laki merasa tidak ada masalah, bisa ereksi, bisa selesai sampai ejakulasi. Tapi tidak sadar berapa lama, apakah istrinya puas atau tidak,” ujarnya.
Pria yang cepat ejakulasi, menurut Angie, juga bisa disebut mengalami disfungsi ereks (DE)i.

Masalah seksual tersebut bisa memicu masalah dalam rumah tangga, sehingga jangan diabaikan.

“Hubungan seks bukan satu pihak saja, harus koneksi dua arah. Kepuasan istri juga harus dipertimbangkan. Jangan gara-gara DE istri menjadi dingin atau keluar kata-kata yang merendahkan sehingga suami makin tidak percaya diri dan fungsi ereksinya makin terganggu,” sebutnya.

Baca juga: Penis Bengkok Saat Ereksi, Apakah Normal?

Bisa diatasi

Disfungsi ereksi bukanlah akhir dari segalanya. Dengan kemajuan teknologi pengobatan saat ini, banyak masalah DE yang bisa diatasi.

Angie menjelaskan, ada dua penyebab utama DE, yaitu masalah fisik seperti penyakit kronis, dan masalah psikologis.

“Yang agak tricky itu mencari penyebab psikologis, harus benar-benar diidentifikasi melalui sesi wawancara. Karenanya perlu ada trust antara dokter dan pasien,” ujarnya.

IlustrasiPexels Ilustrasi

Sementara itu, untuk masalah fisik, penyebab terbesar adalah penyakit yang merusak pembuluh darah dan saraf, misalnya diabetes melitus, tekanan darah tinggi, usia tua, atau ada riwayat stroke.

Gangguan DE memang lebih banyak diderita orang berusia di atas 50 tahun, namun belakangan ini di klinik Jakarta Men Clinic juga banyak pasien yang masih berusia relatif muda.

“Banyak juga pria muda yang sudah sakit darah tinggi atau hobi naik sepeda dalam waktu lama, sehingga area skrotum tertekan. Namun, kalau pada orang muda masalah utama adalah psikologis,” paparnya.

Baca juga: 7 Cara Istri Bisa Membantu Suami yang Alami Disfungsi Ereksi

Pengobatan

Pengobatan DE yang utama adalah mengatasi kerusakan pembuluh darah di area penis yang tersumbat karena timbunan plak.

“Kalau alirannya lambat dan tersumbat pembuluh darahnya, penis tidak bisa mengembang,” katanya.

Terapi penile booster merupakan andalan di JMC untuk mengatasi DE. Terapi ini memakai gelombang kejut yang sangat ringan untuk menggetarkan pembuluh darah di area penis, sehingga plak bisa hancur.

Selain itu, terapi ini akan merangsang pembuluh darah membentuk aliran darah baru yang bagus dan kuat.

“Dengan treatment sekitar 4-6 kali, aliran darah menjadi lebih kuat, sumbatannya hilang, dan penampakannya juga lebih besar,” paparnya.

Angie menambahkan, masalah seksual bukanlah hal tabu untuk dibicarakan dan dicari pengobatannya yang aman.

“Kami terus melakukan edukasi, terutama lewat media sosial supaya para laki-laki terbuka dan mengetahui ada klinik untuk masalah ini. Di JMC semuanya privat dan nyaman,” katanya.

Baca juga: Disfungsi Ereksi Tingkatkan Risiko Kematian Dini Pada Pria, Benarkah?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com