Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Gejala Kanker Lambung Sejak Dini, Apa Tanda-tandanya?

Kompas.com - 10/02/2021, 19:55 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Asupan makanan berperan penting terhadap kondisi kesehatan seseorang. Semakin banyak makanan sehat yang dikonsumsi, semakin rentan kondisi tubuh kita terganggu oleh penyakit.

Menurut penelitian dalam beberapa tahun terakhir, ditemukan adanya kaitan antara asupan makanan dan nutrisi dengan risiko terhadap kesehatan, termasuk penyakit kanker lambung.

Berdasarkan data dari Globocan 2020, angka kasus kanker lambung di dunia pada tahun 2020 mencapai lebih dari satu juta kasus.

Sebanyak 369.580 kasus kanker lambung dialami wanita, sementara jumlah kasus pada pria mencapai 719.523 kasus.

Sayangnya, kebanyakan pasien kanker lambung terlambat melakukan konsultasi ke dokter mengenai penyakit yang diderita, bahkan rata-rata sudah berada di stadium lanjut.

Baca juga: Yang Boleh dan Tidak Boleh Dimakan Ketika Sakit Lambung

"Pada awalnya, kanker lambung sering disangka sakit maag biasa sehingga sebagian besar pasien datang terlambat."

Demikian kata Ketua Yayasan Kanker Indonesia Prof Dr dr Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP.

Aru menyampaikan penjelasannya dalam webinar "Gaya Hidup Masa Kini: Waspada Kanker Lambung Mengintai Anda" yang disiarkan pada Rabu (10/2/2021) siang.

Ditambahkan olehnya, masyarakat harus lebih mewaspadai gejala kanker lambung, yang jika tidak ditangani sejak dini berpotensi melahirkan tumor di dalam lambung dan menyebar ke bagian lain di dalam tubuh.

Kanker lambung disebabkan oleh sel-sel kanker di dalam lambung yang menjadi tumor, dan biasanya tumbuh perlahan bertahun-tahun.

Rata-rata penderita kanker lambung adalah pasien yang berusia antara 60-80 tahun.

Beberapa hal bisa memicu peningkatan risiko kanker lambung, seperti bakteri Helicobactor pylori dan metaplasia usus (kondisi di mana sel-sel di jaringan saluran pencernaan bagian atas berubah menyerupai sel-sel di dalam usus).

Kemudian, ada kondisi lain seperti atrophic gastritis kronis (peradangan di lapisan lambung akibat iritasi), anemia pernisiosa (kondisi tubuh yang kekurangan vitamin B12), atau polip lambung.

Kebiasaan merokok, obesitas, mengonsumsi makanan olahan atau diasinkan, serta faktor genetik juga memengaruhi risiko kanker lambung pada seseorang.

Aru menjelaskan, faktor risiko kanker lambung yang disebabkan oleh genetik hanya sekitar 5-10 persen.

Baca juga: Sering Dikira Sama, Ini Perbedaan Kanker dan Tumor

Faktor lain yang memicu kanker lambung adalah pola makan (30-35 persen), merokok (25-30 persen), infeksi (15-20 persen), obesitas (10-20 persen), minuman beralkohol (4-6 persen), dan banyak lagi.

"Kanker dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan melakukan deteksi dini kanker," sebut Aru.

Menurut dia, terdapat enam situasi yang perlu diwaspadai sebagai gejala kanker lambung, yaitu:

1. Nyeri di bagian perut

Awalnya nyeri di perut terasa ringan. Namun karena tidak diperhatikan, nyeri tersebut semakin parah hingga rasanya tidak tertahankan.

"Gejala yang paling sering dari kanker lambung mirip sakit maag," kata dia.

2. Sulit menelan makanan

Jika tumor berada di daerah kardia atas, akan terjadi penyempitan, sehingga makanan seperti tersangkut di daerah dada.

Setelah makanan tersangkut, makanan akan kembali naik ke atas atau disebut juga gastroesophageal reflux alias GERD.

3. Mual dan muntah saat makan

Hal ini terjadi ketika tumor berada dekat dengan jalan masuk ke usus halus. Jalur makanan yang terhambat akan mengirimkan sinyal ke otak untuk mengembalikan makanan ke atas.

4. Merasa cepat kenyang

Dengan terisinya ruang lambung oleh tumor, maka hanya sedikit makanan yang dapat masuk ke tubuh.

Hal ini terjadi pada kanker lambung jenis difus, di mana sel-sel tumor mengambil permukaan luas lambung, sehingga elastisitas lambung berkurang.

5. Berat badan menurun drastis

Hal ini bisa disebabkan oleh makanan yang sulit turun ke saluran pencernaan atau muntah, yang mengakibatkan asupan makanan dan nutrisi berkurang.

6. Terjadi pendarahan

Tumor atau kanker menembus lapisan dalam lambung. Pada pendarahan besar, akan timbul hematemesis atas atau melena bawah dengan gejala anemia.

Menurut Aru, ada sedikit kemiripan antara ulkus lambung dengan kanker lambung.

Bedanya, ulkus lambung merupakan kondisi di mana lambung merasa sakit di pagi hari, namun akan hilang saat makan, dan berat badan tidak menurun.

Sedangkan bagi penderita kanker lambung, kondisinya akan semakin parah saat makan dan tidak ada batasan waktu. Berat badan juga menurun drastis.

"Jika dirasa terjadi ciri-ciri kanker lambung atau sakit maag berkepanjangan, segera lakukan deteksi dini," jelas Aru.

Baca juga: Panduan Gastroparesis: Cara Menjaga Kesehatan Lambung

Di kesempatan yang sama, dr Ervina Hasti Widyandini, General Manager Taiho Pharma Singapore PTE LTD perwakilan Jakarta juga menyampaikan pendapatnya.

Ervina mengatakan, diagnosis dan terapi pada stadium awal diharapkan mengurangi tingkat keparahan ketimbang kanker lambung yang dideteksi setelah memasuki stadium lanjut.

"Penting sekali bagi kita untuk dapat mengenali gejala gangguan lambung yang harus kita waspadai dan ditindaklanjuti, apakah penyakit lambung biasa atau mengarah ke kanker lambung," tuturnya.

"Kami berharap melalui program edukasi ini, pemahaman akan upaya pencegahan maupun deteksi dini kanker lambung akan meningkat."

"Meski kasus kanker lambung saat ini di Indonesia belum terlalu tinggi, bukan berarti tidak ada sama sekali," sambungnya.

Baca juga: 5 Cara Menurunkan Asam Lambung: Tanpa Obat, Hanya Perlu Niat!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com