Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/02/2021, 20:35 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Ukuran penis (Mr.P) sering menjadi sumber kecemasan kaum pria. Kondisi ini menyuburkan praktik-praktik pembesaran penis dan juga beragam produk yang diklaim bisa menambah ukuran “kejantanan”.

Mayoritas pria yang tertarik untuk membesarkan ukuran penisnya sebenarnya memiliki ukuran yang normal, dalam artian ukurannya cukup untuk melakukan aktivitas seksual dan urinasi secara lancar.

Walau begitu, karena ingin terlihat lebih “jantan” mereka pun berupaya melakukan metode pembesaran penis, yang biasanya berakhir tidak sesuai harapan.

“Bukan rahasia kalau kebanyakan pria ingin membesarkan penisnya. Ada yang ke dukun dan banyak kasus yang ngakunya pijat atau akupuntur, tapi ternyata menyuntikkan cairan-cairan, seperti silicon atau daun jarak, cairan yang tidak seharusnya ada di tubuh,” papar dokter spesialis urologi Angie Novaldy Rahwanti, kepada Kompas.com

Baca juga: Penis Sakit Usai Berhubungan Seks? Waspadai 7 Pemicunya

Ia menjelaskan, cara-cara tersebut pada awalnya mungkin membuat ukuran penis terlihat lebih besar. Namun, karena cairan itu tidak alami sehingga tidak bisa diserap tubuh.

“Akhirnya terjadi peradangan, jaringan rusak. Dalam jangka panjang jaringannya rusak, mengkeras, malah bentuk penis jadi aneh,” papar Angie.

Dia juga banyak menerima keluhan pasien yang mengalami nyeri saat ereksi, bahkan tidak bisa penetrasi karena bentuk penisnya “tidak karuan” setelah sembarangan melakukan pembesaran.

“Ini adalah fenomena gunung es di Indonesia,” ujar dokter dari Jakarta Men Clinic itu.

Pria yang menjadi korban dari praktik “alternatif” tersebut, menurut Angie, tidak hanya orang biasa, tapi juga pejabat hingga pengusaha.

Baca juga: Tak Selalu tentang Seks, Ada 4 Alasan Mengapa Orang Selingkuh

Bisa diobati

Kabar baiknya, menurut Angie, kondisi penis yang sudah rusak itu bisa direhabilitasi.

Di Klinik JMC, tim dokter akan melakukan operasi pembuangan silikon pada jaringan yang rusak.

“Setelah operasi penis jadi benar-benar kecil karena jaringan diangkat. Lalu kita ganti dengan kulit yang sehat dari badan pasien. Setelah prosesnya bagus, lalu direhabilitasi dengan penile booster untuk memperbaiki ereksi dan terapi pembesaran,” paparnya.

IlustrasiThinkstock/Fizkes Ilustrasi

Dibutuhkan waktu sekitar satu tahun pada pasien dengan kondisi tersebut untuk bisa memiliki bentuk penis yang normal lagi.

Aman secara medis

Angie menuturkan, sebenarnya pembesaran penis bisa dilakukan dengan aman secara medis.

““Secara teori ada beberapa cara, yaitu traksi atau menarik secara bertahap, protesa (implant), dan yang kami gunakan memakai cairan filler dan cairan lemak yang diambil dari tubuh pasien sendiri,” kata Angie.

Karena cairan ini merupakan cairan alami yang ada pada tubuh, maka tidak akan ditolak oleh tubuh seperti halnya silikon.

Baca juga: Gejala Disfungsi Ereksi Bukan Cuma Mr.P Sulit Tegang

Terapi ini diklaim bisa menambah ukuran 1-2 cm dalam kondisi tidak ereksi.

“Diameternya akan bertambah dan secara tidak langsung bertambah juga panjangnya,” katanya.

Kekurangan dari metode ini, menurut Angie, adalah tidak bisa permanen.

“Kalau untuk filler bisa bertahan 2-3 tahun, sedangkan injeksi lemak bisa sampai 4 tahun,” katanya.

Baca juga: Ukuran Penis Ternyata Bisa Menyusut, Ketahui 6 Penyebabnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com