Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Mual dan Begah, Pahami Ciri-ciri Tukak Lambung

Kompas.com - 18/02/2021, 17:42 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Adanya luka di lambung sering dikira sebagai dampak akibat kebiasaan kita mengonsumsi makanan pedas atau asam.

Meski bisa memperparah gejala sakit maag, kedua jenis makanan tersebut ternyata tidak menyebabkan luka di lambung.

Luka di bagian lapisan lambung sendiri biasa dikenal sebagai tukak lambung, atau tukak peptik (peptic ulcers).

Menurut Prof dr Abdul Aziz Rani, SpPD, K-GEH, dokter spesialis gastroenterologi, penyebab utama tukak lambung adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori.

Faktor lain yang memicu tukak lambung, seperti dijelaskan Prof Abdul, yaitu konsumsi obat pereda nyeri dan obat-obatan pengencer darah.

"Ada juga pasien yang memiliki faktor tukak lambung dari kebiasaan merokok, atau minum minuman beralkohol," sebut Abdul dalam webinar "Kupas Tuntas Penyakit Asam Lambung" pada Kamis (18/2/2021).

Stres atau depresi yang tidak dikelola dengan baik, menurutnya, juga mampu meningkatkan risiko terjadinya tukak lambung.

Baca juga: Sama-sama Penyakit Lambung, Ini Beda Gerd dan Maag

Gejala tukak lambung meliputi:

  • Cepat merasa begah saat makan
  • Nyeri lambung
  • Mual dan muntah
  • Muntah yang mengeluarkan darah
  • Feses atau kotoran berbentuk cair

"Kadang ada pasien yang menderita tukak lambung atau tukak peptik tanpa gejala, dan ini disebut silent ulcers. Kondisi ini berbahaya jika pasien tidak segera diperiksa," tutur dia.

Untuk melakukan pemeriksaan tukak lambung pada seseorang, Abdul menyebutkan endoskopi bisa menjadi tindakan pertama yang diambil dokter.

"Endoskopi disebut sebagai pemeriksaan gold standard tukak peptik yang akurat 100 persen. Ini digunakan untuk memeriksa saluran cerna, apakah ada luka atau tidak."

Dia menambahkan, endoskopi dilakukan apabila respons pengobatan tidak berhasil, atau pasien memiliki riwayat muntah darah, anemia, serta berat badan yang menurun.

"Jika terjadi komplikasi, endoskopi sangat penting untuk memastikan apakah pasien perlu menjalani terapi tukak lambung atau tidak," jelasnya.

Setelah luka terlihat lewat pemeriksaan endoskopi, dokter akan mengecek keberadaan bakteri Helicobacter pylori dengan memeriksa udara pernapasan atau sampel darah dan feses pasien, baru dilakukan pengobatan.

"Terapi obat pada pasien tukak peptik bisa menggunakan obat-obatan berupa proton pump inhibitor, yang fungsinya menekan produksi asam lambung," kata Abdul.

"Kita juga sudah sering mendengar antasida, obat untuk menetralkan asam lambung."

Baca juga: Panduan Gastroparesis: Cara Menjaga Kesehatan Lambung

Selain melakukan pengobatan, Abdul menyarankan agar pasien tukak lambung mengubah pola hidup ke arah yang lebih sehat, termasuk mengatur pola makan.

"Dulu kita mengenal bland diet, diet dengan mengonsumsi makanan yang lunak, dan rasanya hambar," ucap dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Mayapada, Jakarta ini.

Ia membeberkan sejumlah poin mengenai pola makan yang harus diikuti penderita tukak lambung, yaitu:

  • Mengonsumsi makanan yang tidak terlalu pedas atau "spicy"
  • Pola makan tinggi serat yang mudah larut dari sayuran dan buah-buahan seperti wortel dan apel
  • Mengonsumsi vitamin A untuk penyembuhan dan pencegahan tukak lambung
  • Minuman atau makanan yang mengandung flavonoid, seperti teh hijau

"Pasien dengan tukak lambung perlu menjalani pengobatan secara menyeluruh, serta melakukan perubahan gaya hidup."

"Mereka juga harus berhenti merokok dan berhenti minum minuman beralkohol," kata Prof Abdul.

Baca juga: Makanan Penyebab Asam Lambung yang Harus Dihindari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com