"Kami sudah tahu bahwa penyakit demam dapat berdampak pada produksi sperma, apa pun penyebabnya," kata Pacey.
Sheena Lewis, seorang profesor emeritus di Queen's University Belfast di Irlandia, berbagi pemikiran serupa melalui email.
"Kekhawatiran saya adalah bahwa pria dengan Covid-19 memiliki berat badan yang jauh lebih tinggi dan menjalani sejumlah perawatan terapeutik.
"Kita tahu, obesitas saja mampu mengurangi kualitas sperma. Perawatan Covid-19 mungkin juga mempengaruhi kualitas sperma pria ini, bukan Covid itu sendiri," tutur Lewis.
"Dengan demikian, penelitian jangka panjang masih diperlukan sebelum testis dianggap sebagai organ berisiko tinggi akibat infeksi Covid-19," kata Murdoch, dari Newcastle.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.