Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/02/2021, 16:45 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mata minus atau juga disebut miopia terjadi karena cahaya yang masuk ke dalam mata jatuh di depan retina mata.

Kondisi miopia bisa dipicu oleh panjang bola mata yang bertambah atau kemampuan mata dalam memfokuskan cahaya, sehingga objek yang jauh terlihat buram.

Ahli Pediatrik Oftalmologi di RS Mata JEC, dr Gusti Gede Suardana, SpM(K) menyebutkan, temuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap sekitar 40 persen populasi dunia akan menderita miopia di tahun 2030.

"Bahkan angkanya akan mencapai lebih dari setengah populasi dunia atau 4,8 miliar orang pada tahun 2050."

Begitu kata Gusti dalam virtual "JEC Media Launch: Myopia Control Care, The First Comprehensive Myopia Management in Indonesia" pada Selasa (23/2/2021) siang.

Baca juga: Anak Terlalu Lama Menatap Layar, Waspada Gangguan Mata

Faktor risiko miopia terdiri dari genetik atau bawaan, dan gaya hidup seseorang.

Kondisi pandemi Covid-19 yang ada saat ini, kata Gusti ditengarai berkontribusi terhadap peningkatan kasus miopia, khususnya pada anak.

"Studi di Cina selama tahun 2020 menunjukkan, anak berumur 6-8 tahun ternyata tiga kali lipat lebih rawan terkena miopia dibandingkan tahun-tahun sebelumnya."

Hal ini, menurut dia, disebabkan oleh kurangnya aktivitas di luar ruangan dan lebih banyak waktu menatap layar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan RSCM-FKUI selama periode April-Juni 2020, terjadi peningkatan screen time atau waktu menatap layar 11,6 jam per hari.

"Aktivitas di luar ruangan jauh berkurang, sementara paparan perangkat elektronik semakin tinggi," sebutnya.

"Anak belajar jarak jauh secara online, sedangkan kelompok dewasa juga menggunakan gadget untuk bekerja. Artinya semua kalangan usia berpotensi terserang miopia."

Baca juga: Selama WFH, Istirahatkan Mata Tiap 2 Jam

Miopia biasanya mulai terjadi pada anak berusia 4-6 tahun, dan prosesnya berlangsung lebih cepat ketika anak memasuki usia 8-15 tahun.

"Progresivitas lebih cepat akan menyebabkan miopia atau mata minus yang lebih tinggi," tutur Gusti.

Jika tidak segera diatasi, miopia bisa menyebabkan komplikasi seperti mata malas, katarak, glaukoma, dan retina lepas.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com